Sejak SMP Sudah Akrab dengan Seks Bebas

KARAWANG, RAKA – Pergaulan bebas sudah merambah anak-anak remaja Karawang, tidak hanya pesta minuman keras, praktik seks bebas pun sudah dilakukan. Bahkan, sejak usia SMP, praktik haram tersebut sudah mereka lakukan.
Salah satu remaja asal Karawang berinisial A (17) mengaku telah mengenal pergaulan dan seks bebas sejak kelas III SMP. Ia melakukan seks bebas pertama kali dengan mantan pacarnya. Tidak hanya itu, saat ini juga ia menjadi joki bagi pekerja seks yang menjajakan diri melalui salah satu aplikasi. Akibat perilaku negatif, pendidikannya menjadi berantakan dan putus sekolah di kelas X. Meski begitu, ia berkeinginan melanjutkan pendidikan ke Paket C. “Dulu saya punya mantan pacar yang bekerja sebagai perempuan malam. Bukan hanya dengan mantan pacar saja tapi dengan wanita lain juga sudah pernah melakukan. Saya juga menjadi joki di salah satu aplikasi, satu hari bisa jokiin 5 cewek sekaligus,” ungkapnya, Rabu (10/7).
Saat ini pria asli Karawang ini bekerja sebagai ojek online. Sebelum menjadi ojek online, pernah bekerja di salah satu kedai namun berhenti akibat gaji yang dibayarkan tidak penuh. Kemudian pernah juga bekerja sebagai pencabut palet namun tidak lama. “Ada keinginan kerja di pabrik tapi sekarang masih ngurus pembuatan KTP,” tutupnya.
Sementara itu, Hesti Rahayu, Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Perempuan dan Anak (P2KPA) menyampaikan program yang telah dilakukan untuk mencegah adanya kekerasan seksual di Karawang berjalan dengan efektif. Hal ini terlihat dari meningkatnya korban kekerasan seksual yang melakukan pelaporan. Program tersebut berupa pembentukan satuan tugas PPKS, mencantumkan nomor hotline. “Kita memasang nomor hotline, tapi untuk pergaulan dan sex bebas kita tidak ada. Kalau kita melakukan pencegahan dan penanganan dengan membentuk satgas PPKS untuk memberikan perlindungan kepada anak,” ujarnya.
Kemudian adapula pembentukan PATBM dan pemberian kegiatan positif. Hal ini bertujuan untuk mencegah adanya pemikiran negatif yang akan dilakukan oleh anak. Selanjutnya, di setiap kecamatan pun telah dibentuk P2TP2A. “Untuk anak kita juga sudah membentuk PATBM supaya mereka mendapatkan kegiatan positif dan tidak berpikir kemana-mana. Media sosial juga mempengaruhi pergaulan bagi anak. Di semua kecamatan sudah ada satgas P2TP2A. Data agak tinggi memang tentang kekerasan seksual anak,” jelasnya.
Ia mengatakan untuk mencegah adanya pelaku sodomi baru, maka diberikan pendampingan secara intens kepada korban sodomi. Adanya pelaku sodomi di akibatkan oleh hubungan di keluarga yang tidak harmonis, pemahaman agama kurang dan mengalami kelainan. “Kalau tidak kita tangani secara tuntas akan menimbulkan pelaku sodomi baru. Tugas kita memastikan kepada korban sodomi bisa menghilangkan traumanya. Setelah kita telusuri lebih dalam mereka yang sekarang menjadi pelaku sodomi itu sebelumnya menjadi korban sodomi. Faktor yang menyebabkan dia menjadi pelaku sodomi itu karena pemahaman agama kurang, lingkungan keluarga yang tidak harmonis jadi mencari perhatian di luar, adanya kelainan,” terangnya. (nad)