
PURWAKARTA, RAKA – Dentuman musik cadas mengguncang Ponsa Cafe 80s di kawasan Situ Buleud, Purwakarta baru-baru ini. Suasana malam itu berubah menjadi lautan energi ketika belasan grup band dari berbagai daerah tampil memanaskan panggung dalam gelaran komunitas Purwakarta Underground Society Sickness Youth atau yang lebih dikenal dengan Purwakarta Pussy.
Sorakan penonton berpadu dengan gebukan drum dan distorsi gitar, menciptakan atmosfer yang liar dan penuh semangat. Para penikmat musik cadas tampak larut dalam irama, berjingkrak di depan panggung sambil mengacungkan tangan mengikuti hentakan musik.
Menurut Upet, salah satu penggagas acara, kegiatan ini menjadi ruang silaturahmi bagi para musisi dan penggemar musik cadas dari berbagai daerah.
Ia mengatakan, tujuan utama penyelenggaraan kegiatan ini adalah memperkuat hubungan antarpemusik dan komunitas, bukan hanya di Purwakarta, tapi juga di luar kota.
Ia menambahkan, kali ini acara terasa lebih semarak karena turut dihadiri belasan grup band cadas dari luar daerah seperti Bandung, Bekasi, Cirebon, Tegal, hingga Jakarta.
“Semakin banyak band yang ikut tampil, suasananya makin hidup dan penuh energi,” ujarnya.Sementara itu, Agung, rekan penyelenggara, menilai antusiasme penonton dan musisi kian meningkat dari waktu ke waktu.
“Pertunjukannya semakin meriah, apalagi ada penampilan memukau dari band luar seperti Traxion asal Jakarta,” katanya.
Band Traxion sendiri mengaku terkesan dengan sambutan hangat penonton Purwakarta. “Kami bangga bisa tampil di sini, penontonnya luar biasa dan sangat menghargai musik cadas,” kata Viki, gitaris Traxion.
Esa, vokalis band tersebut, menambahkan pentingnya dukungan berbagai pihak agar ruang ekspresi musik cadas tetap hidup.
“Untuk melanggengkan panggung seperti ini, kolaborasi dengan pemilik kafe atau tempat seperti Ponsa Café 80s sangat penting. Mereka memberi ruang bagi kami untuk berkarya,” ujarnya menutup.
Bagi para penggemar musik cadas di Purwakarta, ajang seperti ini bukan sekadar hiburan, melainkan simbol bahwa semangat underground masih berdetak kuat di kota ini. Di tangan komunitas seperti Purwakarta Pussy, musik keras tetap menemukan rumahnya. (yat)



