Sepi Pesanan, Banyak Perajin Topi Nganggur
KOTABARU, RAKA – Sejumlah pelaku usaha konveksi topi di Desa Wancimekar tengah merasakan kesulitan dalam menjalankan usahanya. Pasalnya, sejak 4 bulan lalu pemasaran topi sangat berkurang drastis. Sehingga, baik para pengusaha ataupun para pekerja tengah mengalami kesulitan.
Zahidin, seorang pemilik konveksi topi menyampaikan, sejak bulan November lalu pemasaran topi sangat berkurang dan tidak seramai biasanya. Oleh karenanya, ia merasa sangat kebingungan dalam menjalankan usaha pembuatan topinya. “Lagi bingung sudah 4 bulan sepi banget. Pokoknya yang usaha topi semuanya lagi kesulitan,” kata Zahidin, saat berbincang dengan Radar Karawang.
Dikatakan Zahidin, produksi topi yang biasanya mencapai 500 bahkan 700 kodi setiap minggunya, kini ia hanya mampu memproduksi paling banyak 250 kodi setiap minggu. Akibatnya, banyak para karyawannya yang tidak bekerja. Dari semua pekerja yang tadinya berjumlah 20 orang kini hanya 9 orang yang bisa ia pekerjakan. “Dipasarannya lagi sepi. Jadi si bos yang biasa menampungnya juga gak bisa ngasih order banyak. Makanya kita harus pinter-pinter nyari order. Karena kasihan yang kerja kalau gak ada order. Sekarang juga banyak banget mesin yang kosong,” ungkapnya.
Diakuinya, setiap tahun memang selalu ada penurunan permintaan produk topi yang diproduksinya. Namun sepinya permintaan topi dipasaran hanya ketika akhir tahun saja. Permintaan akan kembali stabil ketika sudah memasuki bulan kedua. “Setiap tahun emang topi mah pasti sepi pas bulan Desember. Tapi pas tahun baru atau paling lambat bulan 2 juga sudah stabil lagi,” katanya.
Lebih jauh ia menyampaikan, permintaan pemasokan topi akan kembali stabil di bulan Mei setelah pemilu selesai dilaksanakan. Karena penyebab sepinya topi dipasaran karena sedang menghadapi pemilu. “Dulu juga sama kaya gini. Setiap pemilu pokoknya pasti sepi banget. Tapi kalau dulu kebantu sama orderan topi partai. Kalau sekarang gak ada yang dapat order partai,” ungkapnya.
Pemilik konveksi lain, Soleh juga mengungkapkan, sudah hampir 5 bulan usahanya sedang sepi. Ia hanya mampu memproduksi 100 kodi topi dalam seminggu karena tidak topi dipasaran sedang tidak laku. “Di Jakartanya lagi sibuk pemilu. Ini juga saya produksi 100 kodi paling masuk ke pasaran 50 kodi. Sisanya ya ditampung dulu sama bos. Stabil lagi nanti kalau sudah selesai pilpres,” ungkapnya.
Sementara, Sarya (32) seorang penjahit topi yang biasanya bekerja di konveksi topi, untuk sementara ia terpaksa harus beralih dulu untuk mencari pekerjaan lain karena sepinya pekerjaan di konveksi topi. “Kerjaannya gak ada. Makanya saya kerja apa aja sekarang. Kadang ikut bongkar di limbah,” ujarnya.(nce)