Purwakarta
Trending

Simulasi Gempa Bumi di Ponpes AL-Irfan

PURWAKARTA, RAKA – Puncak peringatan 10 tahun Sekolah Lapang Gempa bumi (SLG) di Purwakarta berlangsung dramatis. Senin (29/9), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggelar simulasi gempa bumi megathrust berkekuatan M9,0 di halaman Pondok Pesantren Al-Irfan, Kecamatan Jatiluhur.

Gelombang kepanikan pun terasa nyata. Puluhan pelajar, santri, hingga orangtua berlarian menuju titik kumpul. Ada yang berusaha melindungi kepala dengan tas, sementara sebagian orangtua menggandeng erat kerabatnya agar tidak terpisah.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Teguh Rahayu, menegaskan bahwa SLG dirancang sebagai strategi membangun budaya siaga bencana di Jawa Barat.

“Dengan SLG, kami ingin masyarakat tahu apa yang harus dilakukan ketika bencana datang. Simulasi ini adalah bekal nyata agar mereka siap bertindak,” ujarnya di lokasi.

Selain simulasi, BMKG juga memperkenalkan sistem peringatan dini gempabumi, InaEEWS (Indonesia Earthquake Early Warning System) Prototype.

Teknologi ini mampu memberi peringatan beberapa detik sebelum guncangan utama terjadi, dengan memanfaatkan gelombang P untuk memperkirakan kedatangan gelombang S yang berpotensi merusak.
Deputi Bidang Geofisika BMKG, Nelly Florida Riama, menyebut detik-detik singkat itu sebagai golden time yang sangat berharga.

“Indonesia ribuan kali diguncang gempa setiap tahun, terutama Jawa Barat. Masyarakat harus dibekali pengetahuan dan disiplin informasi, agar tidak panik, tidak terjebak hoaks, dan bisa segera bertindak,” katanya.

Nelly juga menekankan bahwa Purwakarta termasuk kawasan rawan. Keberadaan sesar aktif yang dekat dengan Bendungan Jatiluhur dan Cirata menjadi perhatian khusus.

“Kami sudah berkoordinasi dengan Kementerian PU untuk memastikan keamanan struktur bendungan saat terjadi gempa. Antisipasi ini mutlak, karena jika tidak, potensi bahayanya sangat besar,” tegasnya.

Lebih jauh, ia menambahkan bahwa tujuan besar SLG adalah memperkuat kesiapsiagaan masyarakat, sekaligus mempererat koordinasi lintas lembaga mulai dari BPBD, TNI-Polri, hingga tokoh masyarakat, agar rantai komunikasi darurat tetap berjalan.

Simulasi gempa bumi megathrust ini diharapkan menjadi pengalaman yang membekas bagi peserta. Baik pelajar, guru, maupun orangtua, dituntut benar-benar siap menghadapi bencana yang bisa datang tanpa aba-aba. (yat)

Related Articles

Back to top button