KARAWANG

Siswa Pertama SDN Pisangsambo 1 Keturunan China dan Belanda
Dibangun Tahun 1912 Diproyeksikan Jadi Cagar Budaya

KARAWANG, RAKA – Tiga ruang kelas di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pisangsambo I yang berada di Desa Pisangsambo, Kecamatan Tirtajaya saat ini membutuhkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Karawang. Sekarang kondisi lantai di ruang kelas tersebut telah mengalami kerusakan dan menyebabkan siswa terjatuh.
Guru SDN Pisangsambo I Amih menyampaikan, ruang kelas ini dibangun sejak tahun 1912. Selain itu untuk bahan bangunan terbuat dari kayu jati. “Tiga ruang kelas yang sudah tua dan dibangun dari kayu jati asli, sampai sekarang tidak ada perubahan apapun di bangunan ini. Lantai di ruang kelas sudah amblas beberapa siswa juga pernah jatuh sampai luka,” ujarnya, Senin (30/10).
Ia menjelaskan selain, ruang kelas terdapat pula arsip berupa buku induk pertama yang masih tersimpan rapih. Ia mengungkapkan tulisan di buku induk tersebut masih menggunakan Bahasa Belanda. Selain itu di buku itu juga tercantum nama siswa pertama yang tercatat. “Ada arsip peninggalan semacam buku induk, di halaman depan tertulis bahasa Belanda; Stamboek Van De Leerlingen Van De Gouvernements Inlandsche School Der 2de Klasse,” tambahnya.
Selain arsip buku, terdapat pula dua model meja peninggalan Belanda. Pertama model meja yang panjang dan dapat di gunakan oleh enam siswa secara bersama. Kedua model meja yang menyatu dengan kursi dan terdapat tempat untuk meletakkan kuas untuk menulis. Kemudian ada juga peninggalan benda sejarah berupa lemari. “1 unit 3 ruangan tersebut, diisi 1 ruangan untuk pembelajaran dan 3 ruangan untuk barang peninggalan. Meja sama kursinya itu panjang, terus kayak ada tempat tinta jadulnya,” imbuhnya
Pada awal berdiri, sebagian besar siswa di sekolah ini berasal dari golongan China dan Belanda. Meski begitu ada pula siswa Indonesia yang berasal dari golongan bangsawan. Ia menjelaskan juga lokasi pertama sekolah tersebut berada di Tangkil di dekat PDAM. Kemudian bangunan ini di pindahkan dengan cara di gotong bersama. “Tjoa Yan Bie (1921) murid pertama dibukukan. Historisnya itu, dulu bangunannya masih di wilayah Tangkil dekat PDAM, kabarnya pindah ke tempat sekarang pada 1928 dengan cara digotong. Terus yang sekolahnya banyak yang nyebrang dari wilayah Bekasi,” lanjutnya.
Bangunan tersebut hingga kini baru diperbaiki 1 kali saja di tahun 2011. Itupun hanya perbaikan kecil agar tidak terlalu membahayakan murid. Ia berharap agar sekolah dapat segera disahkan menjadi cagar budaya. Hal ini untuk mempercepat proses renovasi yang sesuai dengan aturan cagar budaya. “Kondisi lantainya parah banget, sering kejeblos kaki anak-anak, sering kecelakaan. Mau direnov juga gabisa asal karena SD Sambo objek diduga cagar budaya. Mudah-mudahan segera disah-kan menjadi cagar budaya resmi yang terlindungi, biar bisa direnovasi sekaligus terlindungi oleh pemerintah,” tutupnya.
Sebelumnya, Obar Subarja, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Karawang menyampaikan pada tahun 2023 pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang melalui Tim Ahli Cagar Budaya sedang melakukan tahapan untuk penetapan tiga objek yang diduga sebagai cagar budaya. Ia menyampaikan tiga bangunan ini mulai dari Rawagede sampai dengan SD Pisangsambo I. “Begitu kami ditetapkan sebagai tim ahli cagar budaya, kami berusaha untuk menetapkan tiga objek yang di duga bangunan cagar budaya. Skala prioritasnya itu tanah Rawagede karena ada peristiwa pembantaian, kedua itu kewedanan Rengasdengklok kemudian ketiga gedung SD Pisangsambo I karena hanya ada dua peninggalan sejarah di Karawang yang dibangun di jaman Kolonial Belanda. Sekolah ini menghasilkan tokoh-tokoh penting di Indonesia, sampai sekarang masih di gunakan,” ujarnya. (nad)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button