
KARAWANG,RAKA- Di tengah tekanan kebijakan rombongan belajar (rombel) berisi 50 siswa per kelas di sekolah negeri, nasib sekolah swasta di Kabupaten Karawang kian memprihatinkan. SMK Pendekar hanya terima 10 siswa baru pada tahun ajaran 2025/2026.
“Buat kami, kebijakan rombel 50 siswa itu tidak berdampak. Dari dulu memang siswa kami sedikit. Fokus kami bukan pada kuantitas, tapi siapa yang benar-benar ingin sekolah walau terbentur biaya,” kata Kepala SMK Pendekar Karawang, Suhela Maelila.
Tidak seperti kebanyakan sekolah swasta yang menunggu limpahan siswa dari sekolah negeri, SMK Pendekar aktif menjemput bola. Mereka mencari anak-anak putus sekolah hingga ke tingkat RT, RW, dan kelurahan.
Baca Juga : 8 Kali Kebanjiran Selama Bulan Juli, SDN Karangligar 1 Porak-poranda
Tujuannya satu, memberi peluang kedua bagi mereka yang nyaris kehilangan harapan. Tahun ini, dari 10 siswa baru yang diterima, hanya jurusan Akuntansi yang dibuka. Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) terpaksa tidak berjalan karena minim peminat. Tapi keterbatasan tidak menyurutkan semangat sekolah ini dalam mendidik dan menginspirasi.
Salah satu bukti nyata adalah Elsa (16) dan Iswah (16), dua siswi SMK Pendekar yang membuktikan bahwa mimpi bisa tetap hidup meski berasal dari lingkungan serba terbatas. Elsa, siswi kelas XI, pernah putus sekolah dan membantu ibunya berjualan nasi gigit di depan kampus UBSI. Nasib mempertemukannya dengan pihak SMK Pendekar yang menawarkannya melanjutkan pendidikan formal.
“Waktu itu saya lagi bantu jualan, tiba-tiba ada yang ajak sekolah di sini. Katanya, sayang kalau hanya ambil sekolah paket. Saya akhirnya ambil jurusan TKJ,” ujar Elsa.
Kini, Elsa aktif di OSIS, menjalani KKM, dan bahkan dilantik sebagai Perempuan Inspiratif Ambassador Provinsi Jawa Barat. Ia juga menjabat Ketua Forum Anak Kabupaten Karawang, sembari tetap membantu ibunya berjualan di saat akhir pekan.
Tonton Juga : PAMUNGKAS, MASA KECILNYA PRIHATIN
Sementara itu, Iswah, siswi kelas XII TKJ dari Tanjungpura, menemukan panggilan jiwanya di dunia sastra. Lewat puisi, ia menyalurkan keresahan dan harapan. Pada peringatan Bulan Bahasa tingkat Kabupaten Karawang, Iswah meraih juara 3 lomba musikalisasi puisi, tampil solo tanpa tim.
“Awalnya takut, karena ini lomba pertama aku. Tapi aku percaya diri, dan ternyata bisa menang meski tampil sendirian,” kenangnya.
Suhela menyebut, kedua siswi itu sebagai contoh nyata bahwa sekolah bukan melulu soal gedung megah dan fasilitas canggih, melainkan tempat harapan dirawat dan masa depan dibentuk.
“SMK Pendekar memang kecil, tapi kami ingin jadi rumah bagi anak-anak yang nyaris putus sekolah. Kami ingin mereka tumbuh kuat, meski berasal dari latar belakang yang serba terbatas,” ucapnya.
Dengan segala keterbatasan, sekolah ini tetap menyusun program unggulan seperti Jumat Berkas, di mana siswa praktik langsung pekerjaan administrasi. Lulusan SMK Pendekar pun banyak yang berhasil masuk dunia kerja, bahkan ke TNI dan Polri. Meski hanya mengandalkan dana BOS dan BPMU, SMK Pendekar tidak menyerah. “Selama masih ada anak-anak yang ingin sekolah, kami akan terus membuka pintu,” pungkas Suhela. (uty)