HEADLINE

Bertahan Melawan Zaman

Dulu Favorit, Kini Mulai Ditinggalkan

CIKAMPEK, RAKA – Angkutan kota mencoba tetap bertahan di tengah kemajuan teknologi dan sarana transportasi online. Meski jumlahnya terus berkurang, angkot masih eksis.

Dulu, angkot menjadi salah satu angkutan primadona yang banyak digunakan masyarakat. Kini, nasibnya seperti diujung tanduk, masyarakat sudah mulai beralih menggunakan kendaraan pribadi ataupun menggunakan moda transportasi online. Untuk menggali persoalan ini, Radar Karawang mengadakan jajak pendapat dengan menyebar 100 kuisioner soal kenyamanan, keamanan maupun tarif angkot yang dibagikan secara acak di beberapa daerah seperti Cikampek, Rengasdengklok, Cilamaya dan Karawang kota.

Sebanyak 72 persen responden saat ini tidak lagi menggunakan angkot untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Salah satu alasannya, naik angkot lebih lama sampai ke tempat tujuan, sehingga efisiensi waktu tidak diperoleh masyarakat. Selain itu, banyaknya angkutan online menjadi daya tarik tersendiri sebagai moda transportasi alternatif dan bahkan kini jadi lebih banyak digunakan.

Dari faktor keselamatan, kepercayaan masyarakat terhadap angkot juga mulai berkurang. Hal ini tergambar dari 54 persen responden yang menilai angkot sering ugal-ugalan di jalan raya. Namun dari segi keamanan dari tindak kriminal, angkot dinilai masih aman tapi masih kalah aman dari angkutan online. Salah satunya disebabkan perilaku sopir. 46 persen responden menilai, sikap sopir angkot kurang ramah terhadap pelanggan.

Dari sisi tarif, angkot dinilai masih kalah murah dibanding angkutan lain seperti angkutan online. Transparansinya pun dinilai rendah, tidak ada daftar tarif yang terpampang di angkot, sehingga masyarakat tidak mengetahuinya secara pasti dan tarif dinilai sering berubah-ubah.

Menurunnya pelanggan angkot, dirasakan Omin (50), sopir angkot asal Parakanmulya, Kecamatan Tirtamulya. Dia sudah 15 tahun menjadi sopir angkot tapi semakin hari penumpangnya semakin berkurang. “Perkembangan zaman semakin berkembang, sekarang banyak orang sudah mempunyai kendaraan, bahkan hampir dari satu rumah pasti motor lebih dari satu dan dua,” ujarnya.

Ia mengaku, sekarang tidak lagi menggunakan sopir tembak, karena penghasilan dari tahun ke tahun semakin menurun. “Dari tahun ke tahun penghasilan sopir angkot menurun. Dulu, sehari bisa mendapatkan Rp150 ribu, semanjak tahun 2016 sampai sekarang, paling besar Rp50 ribu per hari,” akunya.

Kondisi serupa dialami Nanang (50), sopir asal Desa Pangulah Selatan, Kecamatan Kotabaru. Nanang sudah puluhan tahun menjadi sopir angkot. Dari tahun ke tahun penghasilannya semakin menurun. “Saya harap kepada pemerintah daerah, untuk tegas memberlakukan anak pelajar dilarang bawa motor ke sekolah, seperti di Kabupaten Purwarkarta. Jika anak sekolah tidak membawa motor, tentu pendapatan sopir angkot angkat kembali stabil,” paparnya.

Di Karawang, berdasarkan surat keputusan bupati tahun 2009, jumlah angkutan umum atau angkot sebanyak 2.146 dengan 55 trayek. “Kami sudah melakukan pendataan pada tahun 2017. Ternyata, ada pengurangan jumlah angkot di 10 trayek,” kata Kepala Seksi Angkutan Dinas Perhubungan Kabupaten Karawang Yunus Kusriwanto.

Jumlah angkot di 10 trayek, lanjutnya, seharusnya ada sebanyak 950 unit, namun setelah didata ulang ada sebanyak 743 angkot yang beroperasi. Banyak faktor yang menjadi penyebab berkurangnya angkot. “Soalnya, pemasaran produk perusahaan otomotif semakin meningkat, serta keberadaan angkutan online bertambah. Hal ini mempengaruhi pendapatan sopir angkot, maka tak heran jika banyak angkot yang tidak beroperasi,” tuturnya.

Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Karawang Dikhy Prayoga menambahkan, berdasarkan surat keputusan bupati tahun 2009, sebanyak 55 trayek angkutan yang ada di Kabupaten Karawang. Numun dari jumlah tersebut, masih banyak trayek yang belum dioprasikan. “Hanya 35 trayek yang sudah beroprasi, 20 trayek belum beroperasi,” katanya.

Dia menjelaskan, dari masing-masing trayek, jalurnya sudah ditentukan. Misalnya, trayek 04.03.0048 yaitu untuk jalur angkot dari Terminal Rengasdengklok dan Batujaya. “Sebenarnya, dari setiap wilayah sudah ada trayeknya, jika berdasarkan dengan SK Bupati. Hanya saja tidak beroperasi semuanya,” jelasnya.

Untuk di wilayah pelosok pedesaan, terusnya, masih banyak trayek yang belum difungsikan, contohnya di trayek 04.03.0058 yaitu Pawerangan-Karangsinom- Tirtasari-Wadas. “Soalnya, pihak perusahan angkutan belum ada yang mau bekerja sama untuk membuka usaha angkutan ke wilayah pelosok, kebanyakan di perkotaan,” tuturnya.

Menurutnya, meski di setiap wilayah pedesaan sudah ada trayek untuk angkutan umum beroperasi, namun jika belum ada pengusaha yang mau bekerja sama, tentu belum bisa difungsikan. “Kita lagi mencari pengusaha angkutan untuk bekerja sama. Untuk mengisi trayek yang belum difungsikan,” pungkasnya. (acu)

Related Articles

Back to top button