Sudah Tiga Minggu Nelayan tak Melaut
- Limbah Minyak Belum Juga Bersih
CIBUAYA, RAKA – Penanganan kebocoran sumur minyak Pertamina yang berlarut-larut berdampak pada aktivitas nelayan di Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya. Sejak 19 Juli 2019 lalu, nelayan tidak ada yang melaut.
Nelayan enggan mengambil resiko melaut, soalnya limbah minyak belum bersih. Jika dipaksakan melaut, bisa merusak jaring. Sementara, untuk memperbaiki jaring membutuhkan waktu tiga hari. “Sejak 19 Juli, tidak ada nelayan yang turun mencari ikan,” kata Cakim, pengepul ikan nelayan Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Rabu (7/8).
Nelayan, lanjut Cakim, meminta kepastian dari Pertamina menormalkan kembali laut. “Saya butuh kepastian sampai kapan Pertamina mengatasi permasalahan ini, walaupun kami dipekerjakaan untuk membersihkan limbah, akan tetapi tidak cukup untuk menanggung risiko keluarga,” katanya kepada Radar Karawang.
Kebocoran minyak ini mengundang perhatian Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Kemarin, gubernur yang akrab disapa Emil ini mendatangi pantai Cemarajaya. Dia meminta warga yang terkena dampak kebocoran minyak PT Pertamina tidak khawatir, sebab pihak Pertamina sedang melakukan perbaikan. Bahkan menghadirkan konsultan dari Amerika Serikat. “Dalam waktu 10-14 hari, insya Allah akan selesai. Warga tidak usah khawatir. Sampai hari ini, penanggulangan sudah 30 persen menuju 100 persen. Kita doakan tidak ada halangan,” jelasnya.
Emil sudah mengingatkan Pertamina agar menyelesaikan dengan tuntas masalah kebocoran yang berdampak pada para nelayan, petani tambak, maupun pengepul ikan. Emil juga menginstruksikan Bupati Karawang dan Bupati Bekasi agar turut menampung keluhahan masyarakat yang terkena dampak. “Saya sudah perintahkan Bupati Karawang, juga Bupati Bekasi, karena sudah lintas wilayah untuk berkomunikasi intens diwakili kepala desanya untuk mencatat dan meneliti kerugian-kerugian dari para nelayan,” tuturnya.
Dirut Pertamina EP Nanang Abdul Manaf yang ditemui di lokasi mengatakan, Pertamina akan memperbaiki sumur yang telah menyembur pada 12 Juli yang lalu dengan cara membuat sumur baru, bukan dengan cara menutup dari atas. Karena jika kebocoran tersebut ditutup dari atas dengan semen atau lumpur berat, dikhawtirkan ada percikan yang akhirnya ada korban jiwa. “Yang paling aman adalah membuat sumur baru, sekarang sudah dibuat 2 KM dari anjungan atau sumur YY ini,” ungkapnya.
Rencana awal, Pertamina akan menyelesaikan kebocoran dalam waktu 8-10 Minggu, namun Gubernur Jawa Barat menginginkan lebih cepat dari prediksi pihak Pertamina, agar masyarakat bisa kembali normal dalam menjalankan aktivitasnya. “Tadi Pak Gubernur mintanya bisa tidak 10-14 hari, kita usahakan karena kami juga ingin cepat. Tapi disamping itu juga ingin aman,” tambah Nanang.
Hanya saja, mengenai biaya untuk konsultan dari Amerika Serikat, Nanang tidak memberikan penjelasan seolah menutup-nutupi. “Wah itu gak tahu, karena kalau sudah emergency gini kita tunjuk. Memang kita tahu spesialisasinya keahliannya boot and coots itu untuk memadamkan kondisi seperti ini,” pungkasnya. (cr4)