Susi Sulap Eceng Gondok jadi Tas Cantik

PURWAKARTA, RAKA – Tanaman enceng gondok dikenal sebagai tumbuhan gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Namun di balik kerugian yang ditimbulkan juga memberikan manfaat menjadi sesuatu hal yang bernilai ekonomis.
Susi Lestari, warga Kampung Cibule, Desa Sukasari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, memanfaatkan melimpahnya bahan baku untuk dijadikan kerajinan tangan.
Di tangan dara cantik berusia 17 tahun itu tanaman gulma yang menganggu aktivitas warga saat menggunakan transportasi air di Waduk Jatiluhur itu disulap menjadi sebuah kerajinan tangan.
Susi bercerita, awalnya menekuni anyaman dari eceng gondok ini bermula dari keprihatinan atas pertumbuhan tanaman eichornia crassipes itu merajai di Waduk Jatiluhur.
“Ide membuat kerajinan tangan dari eceng gondok ini, karena saya lihat banyak ditemukan eceng gondok dan kadang dianggap mengganggu di Waduk Jatiluhur. Kebetulan rumah saya tidak jauh dari Waduk Jatiluhur ini,” ujar Susi, Senin (19/12).
Wanita kelahiran Agustus 2005 itu mengaku kerajinan tangan tersebut dibuatnya setelah sebelumnya mengikuti pelatihan agar hasil yang diperoleh lebih menarik dan bernilai ekonomis. “Saya melihat kreativitas yang sudah ada. Jadi, saya juga merasa tertantang bagaimana memanfaatkan tanaman hama yang tidak berguna menjadi sesuatu yang bernilai jual tinggi,” imbuhnya.
Setelah pelatihan, mojang asal Sukasari itu terus mengembangkan dirinya. Tidaklah sulit dan tanpa kendala berarti, sebab bahan baku utamanya ia dapatkan secara cuma-cuma. “Modalnya tidak banyak, karena hanya memerlukan eceng gondok yang gratis di dekat rumah dan peralatan yang dibutuhkan seperti gunting dan mal kayu,” imbuhnya.
Dari tangan terampilnya ia berhasil membuat aneka kerajinan seperti tas, topi, tempat tisu, dan berbagai macam lainnya yang serba berbahan dasar eceng gondok.
Susi berkisah, sebelum diolah atau dibentuk, eceng gindok terlebih dulu dikeringkan selama empat hari hingga satu minggu. Bila sudah mengering optimal, lalu dibasahi kembali untuk memudahkan dirajut.
Demi mengembangkan kemampuannya, Susi terus mempelajari dari berbagai sumber yang ada di internet, baik itu melalui media sosial ataupun artikel untuk memperluas pengetahuan dan kecakapannya.
Susi meyebut, di wilayah tempat tinggalnya sendiri, ia melihat antusias warga masih kurang menggeluti kerajinan eceng gondok. Padahal potensi ekonomi dari hasil kerajinan tangan berbahan tanaman gulma ini sangatlah lumayan.
“Namun, saya optimis kreativitas yang dilakukan ini punya prospek pasar yang baik ke depannya dan bisa dikembangkan di masyarakat yang berada di lingkungan dekat rumah saya ini,” tutur alumi SMPN 2 Sukasari itu.
Ia berharap, karya-karyanya dapat diterima sebagai sebuah karya kreatif yang ramah lingkungan, termasuk diberi peluang untuk dapat dipasarkan di Purwakarta maupun di luar Purwakarta. “Agar kami bisa semakin berkembang,” pungkasnya. (gan)