
Jejak Pewaris Nabi di Karawang (2)
KARAWANG, RAKA- Syech Quro merupakan salah ulama yang menyebarkan Islam di wilayah kerajaan Padjadjaran, bahkan Prabu Siliwangi pun ikut memeluk agama Islam.
Bukan hal yang mudah menyebarkan agama baru di kalangan Kerajaan Padjajaran. Saat penyebaran agama Islam di kerajaan Padjajaran, kabar dan gerak-gerik Syekh Quro terdengar langsung oleh sang raja, yakni Prabu Siliwangi. Dia merasa curiga apa yang di bawa oleh Syekh Quro, langasung saja sang raja mengutus patihnya, Ki Anggadipa untuk menelusuri dan menyuruh patihnya tersebut untuk membubarkan aksi penyebaran Islam tersebut. “Kabarnya itu di dengar langsung oleh Prabu Siliwangi, sang prabu meminta agar patihnya membubarkan ajaran yang di bawa oleh Syekh Quro. Namun, syekh meminta agar Prabunya sendiri yang datang dan menghampiri Syekh Quro,” ucap juru kunci makom Syech Quro Aca Miharja.
Alih-alih membubarkan, Prabu Siliwangi yang datang langsung menghampiri Syekh Quro malah terpikat dengan sesosok perempuan Nyi Subang Larang yang sedang menimba ilmu agama Islam. Namun tidak semudah itu Nyi Subang Larang terima pinangan Prabu Siliwangi meskipun seorang raja, Nyi Subang Larang memberikan syarat agar Prabu Siliwangi mendapatkan lintang kerti jejer seratus atau tasbih. “Prabu Siliwangi di suruh oleh Syekh Quro cari tasbih itu ke Mekah,” ujarnya.
Di Mekah, Prabu Siliwangi diketemukan dengan Ki Zafar Sidiq seorang waliyulloh yang menyamar sebagai kakek-kakek tua. Singkat cerita, kata juru kunci, di Mekah sang prabu kaget bercampur bahagia karena kakek tua tersebut mengetahui niatnya mencari tasbih. Bahkan, pangkat rajanya pun bisa di ketahui dengan jelas. “Kagetnya Prabu Siliwangi bisa diketahui niatnya, gembiranya itu karena tasbih yang di cari ada di waliyulloh yang menyamar sebagai kakek tua itu,” ungkapnya.
Lantas, sang prabu meminta agar tasbih itu bisa di terima dan di bawa untuk dijadikan mahar meminang Nyi Subang Larang. Namun, kakek tersebut tidak memberikannya, melainkan dengan satu syarat. Yaitu, prabu Siliwangi harus mengucapkan dua kalimah syahadat. Berucaplah sang prabu, dan masuk Islam saat itu juga. “Uniknya, awalnya Prabu Siliwangi menggunakan ajian dari Karawang ke Mekah, setelah nerima tasbih itu ajiannya luntur. Kalau mau kembali ke Karawang, kata kakek ajiannya ganti dengan bismillahirohmanirrohim sambil pejamkan mata,” serunya.
Setelah membuka mata, sang prabu sudah kembali lagi ke tanah Jawa dan berada di surau atau Masjid Agung. Karena sudah mendapatkan tasbih, digunakanlah sebagai mahar untuk melamar Nyi Subang Larang dan sebagai penghulunya yaitu Syekh Quro. Hingga dikaruniai 3 orang anak, Kian Santang, Lara Santang, dan Walang Sungsang.
Singkatnya, Adipati Suryaningrat dari kerajaan Majapahit menyatakan jika maqom ini merupakan maqom Syekh Quro, dan di ketemukan secara bathiniyah hari Sabtu kliwon tahun 1956 oleh ayah Dji’in atau Raden Soemaredja. Makanya masyarakat datang ke sini untuk berziarah setiap malam Sabtu atau di sebut Sabtu. “Kalau ini makom Syekh Quro dilengkapi SK nya juga,” pungkas Aca. (rok)