MAKAM KERAMAT: Makam Syekh Bentong di Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang.
Murid Syekh Quro yang Rutin Diziarahi
KARAWANG, RAKA – Berziarah ke makam Syekh Quro tak lengkap rasanya jika tak berziarah ke makam Syekh Darugem alias Syekh Bentong, murid Syekh Qurotul Ain. Letaknya tak berjauhan. Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang tak berlebihan jika dinyatakan sebagai desa wisata religi. Di desa ini terdapat dua makam ulama besar yang selalu didatangi peziarah, yaitu Syekh Qurotul Ain dan muridnya Syekh Bentong. Biasanya, selain berziarah ke makam Syekh Quro, makam Pulomasigit itu menjadi tempat kedua dalam melaksanakan berziarah.
Menurut tradisi lisan masyarakat, Syekh Bentong merupakan salahsatu murid Syekh Quro yang awalnya dimasukkan ke dalam ruas bambu oleh Syekh Quro lantaran ingin mengetahui dalamnya ilmu agama Islam. Singkatnya, Syekh Bentong meresapi perkataan Syekh Quro saat masih di luar ruas bambu, dan ingin mempelajari ilmu agama Islam lebih dalam dengan benar. Mendengar hal itu, lantas Syekh Quro mengalurkan Syekh Bentong daru ruas bambu dan menerimanya sebagai murid.
Nama asli Syekh Bentong yaitu Darugem. Dikatakan Bentong, karena pada awalnya memukul atau membentong buah. Jadilah disebut Syekh Bentong. Seiring berjalannya waktu, Syekh Darugem pun berhasil memperdalam ilmu keagamaan yang diperoleh dari Syekh Quro. Setelah meninggal dunia, Syekh Darugem dimakamkan. Karena kedalaman ilmu agamanya, makam tersebut juga dijadikan tempat ziarah. Biasanya, peziarah yang selesai tawasulan di makam Syekh Quro, melakukan ziarah juga di tempat tersebut. Biasanya, Jumat malam tempat tersebut ramai. Bahkan sebelum tawasulan di makam Syekh Quro, jamaah lebih dulu tawasulan di tempat tersebut.
Namun, di masa pandemi saat ini, peziarah tak seramai biasanya. Hal ini juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang membatasi aktivitas masyarakat untuk meminimalisir penyebaran virus Covid-19. Sebelumnya, Kasie Trantib Desa Pulokalapa Dedi, pihak pengelola kompleks Syekh Qurotul Ain belum membuka sarana ziarah, bahkan para peziarah yang biasa datang Sabtu malam pun belum bisa melaksanakan aktivitas seperti biasanya. Kecuali, mereka yang sengaja datang dari jauh, dari luar Karawang atau luar Provinsi Jawa Barat. “Yang datang dari luar pun kita data dulu, mereka yang datang wajib menerapkan protokol kesehatan, begitupun bagi para pedagangnya,” ucapnya, awal Ramadan lalu.
Jika melihat ke belakang, kata Dedi, sebelum ada wabah corona, keberadaan makam di sini memberi kemanfaatan bagi warga sekitar yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Terlebih, pemerintah desa memberi mereka kesempatan untuk membuka lapak, warung dan perbelanjaan lainnya.
Tak heran jika masyarakat setempat memanfaatkan kesempatan tersebut. Bagaimana tidak, sebelum ditutup gara-gara wabah virus corona, kompleks Makam Syekh Qurotul Ain yang berada di Desa Pulokalapa ini tidak pernah sepi, apalagi ketika haul dan perayaan-perayaan hari besar lainnya. Luas area makam yang mencapai sekitar 4 hektare itu dipadati peziarah. “Peziarah bukan dari Karawang saja, banyak juga yang datang dari jauh,” katanya. (rok)