Asap Hitam Halangi Pandangan Pengendera

HITAM PEKAT: Asap hitam membumbung tinggi di Kampung Parunglaksana, Desa Tamansari. Asap pekat ini berasal dari pembakaran lio batu kapur. Asap pun menghalangi pengguna jalan.
PANGKALAN, RAKA – Kepulan asap hitam dari aktivitas pabrik pengolahan batu kapur di Kampung Parunglaksana, Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan, dikeluhkan pengguna jalan. Pekatnya asap membuat pandangan dan udara yang dihirup pengendara pun terganggu.
Proses pembakaran pengolahan batu kapur diduga menggunakan ban bekas. Selain ban bekas juga banyak sisa kain limbah yang di gunakan untuk proses pembakaran batu kapur.
Kepulan asap hitam menimbulkan polusi di akses jalan. “Sekarang kalau kita gunakan kayu atau bambu untuk pembakaran batu kapur susah, jadi terpaksa kita gunakan ban bekas dan sisa limbah kain untuk di gunakan bahan bakar pembakaran batu kapur, memang saya akui hasilnya tidak sebagus gunakan kayu dan bambu, tapi susah sekarang mah,” ungkap Jali (44), salah satu pemilik Lio pembakaran batu kapur, kepada Radar Karawang, Jumat (4/10).
Kepulan asap pabrik tersebut membuat mata perih dan sesak. Selain itu juga menghalangi daya pandang. “Memang kadang kalau liburan yang dekat ya ke wilayah Loji, tapi yang saya malas kalau lewat wilayah pabrik lio pembakaran batu kapur, karena mereka tidak mengenal waktu, kalau lagi produksi. Suka ada kepulan asap sampai ke jalan juga jadi halangi pandangan pengguna jalan, dan yang parahnya buat mata juga jadi gatal,” terang pengguna jalan Lala (26), warga Desa Pinayungan, Kecamatan Telukjambe, saat beristirahat di dekat pabrik semen Jui Shin.
Dirinya berharap, jika para pemilik lio batu kapur bisa membuat cerobong, jadi asap sisa pembakaran tidak lagi mengganggu dan menghalangi pengguna jalan.
Dr Bubun Bunyamin MM, kepala Unit Gawat Darurat Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Tegalwaru menuturkan, salah satu dampak negatif dari kegiatan pengolahan batu kapur tersebut adalah menurunnya kualitas lingkungan yang ditandai adanya pencemaran udara.
Pengolahan batu kapur, tambah Bubun, merupakan salah satu sumber pencemaran udara, dengan hasil yang ditimbulkan berupa gas seperti CO2, CO, dan partikel debu. Partikel debu batu kapur ini dapat mengganggu kesehatan bila terhirup manusia, antara lain dapat mengganggu pernafasan, seperti sesak nafas ataupun terjadinya batuk berat. Dampak ini langsung dirasakan ketika menghirup asapnya, berupa rasa perih di mata, sesak napas, dan bila bahan tersebut tersentuh kulit secara langsung akan terasa terbakar. “Dampak ini langsung dirasakan ketika menghirup asapnya, berupa rasa perih di mata, sesak napas, perkiraan saya warga Kampung Parunglaksana, Desa Tamansari lingkungannya mengalami pencemaran lingkungan akibat pengolahan batu kapur. Tidak sedikit masyarakat desa setempat mengeluhnya sulit bernafas. Hasil dari pengolahan batu kapur ini berupa senyawa kimia yang tersebar bebas di udara dan apabila masuk ke dalam saluran pernafasan manusia akan mengakibatkan gangguan nafas atau Ispa, ” pungkasnya. (yfn)