Air Kubangan Jadi Konsumsi Warga Wanakerta

KEKURANGAN AIR: Warga Wanakerta mengambil air kubangan dekat Sungai Cibeet. Tidaknya adanya sarana air bersih, membuat mereka terpaksa menggunakan air kotor yang kebutuhan sehari-hari.

TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Warga Dusun 1, Desa Wanakerta, Kecamatan Telukjambe Barat terpaksa mengambil air dari kubangan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Kubangan tersebut dibuat ditepian sungai Cibeet yang dalam tiga bulan belakang tercemar limbah.

Tokoh pemuda Dusun 1 Aep Saepuloh mangatakan, sebetulnya warga terbiasa menggunakan aliran air Cibeet baik itu untuk mandi, mencuci, atau kebutuhan konsumsi. Namun kondisi debit air yang rendah serta menghitam dan bau akibat limbah membuat warga setempat terpaksa membuat kubangan. Kubangan tersebut setidaknya dapat menampung resapan air Cibeet yang tersaring tanah. “Sudah jadi budaya dari dulu warga sini menggunakan air Cibeet, kalau bikin sumur susah dapat air,” tuturnya, kemarin.

Selain kubangan air, warga juga memanfaatkan aliran air sungai Cipamingkis yang tepat berada disebelah sungai Cibeet. Sungai Cipamingkis sendiri merupakan anak sungai Cibeet. Pantauan Radar Karawang pada Senin (14/9) lalu, di pertemuan kedua aliran sungai nampak perbadaan warna yang kontras antara sungai Cipamingkis yang payau dengan sungai Cibeet yang hitam pekat. “Warga sengaja bikin cukang (jembatan bambu), biasanya gak ada, tapi karena Cibeet hitam bikin itu biar bisa menyeberang,” ucapnya lagi.

Sebetulnya pihak perusahaan terkait yang melakukan pencemaran sungai telah membuat sumur artesis namun tidak memenuhi kebutuhan semua warga yang terdampak. Terlebih fasilitas sarana air bersih hanya dibuatkan dua titik, tak sesuai dengan kesepakatan awal antara perusahaan dengan warga setempat.

Sekretaris Desa Wanakerta Aman Suryaman mengatakan, telah mengupayakan ajuan kepada perusahaan tersebut untuk dibuatkan sarana air PAM. Hal ini dikatakan lebih efektif dan lebih merata untuk masyarakat. Selain itu sumur PAM dinilai lebih ramah lingkungan ketimbang sumur artesis. “Kalau sumur artesis kan satu titik mungkin dia bisa (kedalaman) berapa ratus meter, tapi ada beberapa sumur warga yang tersedot airnya,” ucapnya.

Masih dikatakannya, sumur artesis dalam jangka waktu panjang akan berdampak buruk bagi lingkungan. Kemungkinan akan terjadi penyusutan elevasi tanah dan inilah yang dikhawatirkan oleh Pemerintah Desa Wanakerta. “Makanya lebih efesian sumur PAM,” tambahnya.

Dikatakan Aman, pihak perusahaan telah merespon ajuan tersebut dan berjanji akan mengupayakannya. Namun mereka meminta terlebih dahulu melakukan konsorsium dengan perusahaan lain yang berada di hilir Cibeet untuk sama-sama bertanggung jawab dan dimediasi oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang. “Hulu sungai Cibeet itu kan bukan Pindo Deli saja perusahaan yang notabene ‘membuang’ limbah, kata pihak manajemen Pindo Deli,” terangnya.

Ia sendiri berharap sumur PAM ini dapat segera direalisasikan mengingat hal tersebut menyangkut kebutuhan hidup warganya. Terlebih belakangan muncul bermacam penyakit yang diindikasikan timbul akibat pencemaran sungai. (din)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here