Karate Melatih Fisik dan Mental

LATIHAN: Sejumlah anak sedang berlatih karate di Kampung Budaya.

TELUKJAMBE TIMUR, RAKA – Bagi sebagian orang bela diri mungkin erat kaitannya dengan kekerasan fisik. Namun kesan itu sepertinya tak nampak pada wajah anak-anak yang sedang berlatih karate di Kampung Budaya, Minggu (24/11). Sebaliknya, mereka nampak ceria dan menikmati program latihan yang diberikan. “Di sini memang kita buat karate ceria, supaya anak-anak latihan walaupun judulnnya karate yang keras, jangan samapai kesannya bakal hanya capek,” Papar Heri Setyo, ketua Komisi Teknik Gokasi (Gojo Ryu Karate-Do Shinbukan Indonesia) Karawang.

Heri yang juga pelatih di Dojo Gokasi Kampung Budaya menjelaskan, metode fungame ini lebih menguras fisik, namun dengan fungame ini pula lebih punya daya tarik bagi anak-anak. Ia mencontohkan, jika biasanya berlari itu hanya memutari lapangan, namaun di Dojo Gokasi ini dilombakan dan diberi hadiah. “Secara fisik itu lebih capek karena mereka sprint terus, kita juga mainkan game yang melatih daya ingat dan motorik mereka,” tuturnya.

Selain latihan fisik, dalam latihan yang dilaksanakan setiap Sabtu dan Minggu, anak-anak juga dibekali dengan penanaman mental yang baik. Mereka diajarkan untuk memahami nilai-nilai kejujuran, kesungguhan, kedisiplinan, keberanian dan lainnya. “Dengan mental kuat, fisik yang kuat, Alhamdulillah yang tadinya sering iseng di sekolah mulai menyadari bahwa karate itu untuk bela diri bukan untuk iseng, sehinga bisa menghormati kawannya,” jelasnya.

Ia mengatakan, saat ini peserta didiknya mencapai 80 orang dengan rentang usia 4 sampai 17 tahun. Penanaman nilai-nilai pada mereka juga diajarkan dengan kegiatan bakti sosial yang dilakukan secara rutin. Salah satunya bakti sosial dengan mengunjungi langsung desa tertinggal. Mereka di sana diajarkan untuk dapat lebih menghargai alam dan menghargai profesi. Di sana juiga mereka dibekali wawasan hidup di alam bebas. “Kebetulan tempatnya masih hutan, jadi tempat outbond juga buat mereka. Kita edukasi bagaimana hidup di alam, misalnya bagaimana memancing tapi tidak merusak alam, bagaimana memilih buah yang boleh atau tidak boleh dimakan,” ceritanya.

Tak kalah menarik, setiap tahun anak-anak juga diberi wadah untuk berekspresi dan menyalurkan bakat melalui berbagai macam bentuk penampilan seperti bernyanyi, membaca puisi dan sandiwara. Bermacam penampilan tersebut, dikombinasikan dengan pemahaman karate yang mereka dapat, contohnya sandiwara yang dalam alur ceritanya terdapat unsur karate.

Salah satu orang tua Indra Fahmawati menuturkan, telah satu tahun lebih anaknya diikutsertakan latihan karate di Dojo Gokusi Kampung Budaya. Hal itu dia lakukan untuk mengurangi penggunaan gawai oleh anaknya, dan digantikan dengan kegiatan yang lebih baik. “Semuanya sudah gak usah disuruh, sudah tau waktunya ini itu,” ujarnya. (cr5)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here