Pejalan Kaki Diintai Maut
JALAN KAKI: Sejumlah pelajar sekolah dasar berjalan di bahu jalan yang sejajar dengan badan jalan di Jalan Raya Badami-Loji, kemarin. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, karena mereka bisa saja tertabrak pengendara motor atau pengemudi mobil.
Jalan Badami-Loji tak Ada Trotoar
TELUKJAMBEBARAT, RAKA – Trotoar seharusnya digunakan sebagai jalur khusus untuk pejalan kaki, yang tujuannya untuk memisahkan antara pejalan kaki dengan pengguna kendaraan. Namun nyatanya tidak demikian.
Pejalan kaki tidak bisa menikmati trotoar dengan tenang, karena memang bahu jalan tidak dibangun selayaknya trotoar. Bukan hanya itu, pengendara motor dan mobil juga kerap menggunakan bahu jalan. “Kadang saya juga was-was, ketika anak saya pulang sekolah dan menggunakan jalan untuk mereka berjalan kaki, khawatir tertabrak oleh kendaraan,” ucap Danita (33) warga Kampung Karadak, Desa Wanajaya, Kecamatan Telukjambe Barat kepada Radar Karawang, Rabu (25/9).
Hampir bisa dipastikan kata Danita, pejalan kaki di jalan utama Badami-Loji diintai oleh maut sewaktu-waktu, karena bahu jalan untuk pejalan kaki tidak ada. Sementara kendaraan besar kadang memakan bahu jalan, sehingga mereka berharap pemerintah bisa menyediakan bahu jalan atau trotoar bagi pejalan kaki.
Dian (30) warga lainnya menyampaikan, hampir dipastikan tidak ada bahu jalan yang aman bagi pejalan kaki di jalur utama Badami-Loji. Dan warga dengan kehati-hatian menggunakan jalan untuk berjalan kaki.
Dia menyampaikan jika sejumlah persoalan penggunaan jalan pun menyisakan cerita, dari masalah marka jalan dan penerangan jalan menjadi hal yang tidak lepas dari persoalan. “Jangan kan hak untuk pejalan kaki, persoalan bagi penunjang jalan utama agar jauh lebih baik pun segudang persoalan,” tuturnya.
Hal senada diutarakan oleh Maryam (32). Dia merasa tidak nyaman dengan jalan utama Badami-Loji, seperti saat jam sekolah. Dia mengakui jika di jam sibuk sekolah anak-anak mereka diintai oleh rasa khawatir, karena bahu jalan untuk jalan kaki pun tidak ada. Hal itu membuat resah diri beserta orang tua lainnya. “Kalau jam pulang, kadang ada anak yang tidak ada orang tua nya, dan mereka gunakan jalan utama untuk jalan kaki, coba saja lihat khawatir sekali,” katanya.
Damuri (33) menyampaikan, bahu jalan untuk jalan kaki di lingkar selatan memang cukup pelik. Persoalan keamanan di jalur tersebut bukan saja tidak aman bagi pejalan kaki, namun bagi pengguna kendaraan roda dua pun sama saja. Pemerintah mesti sikapi persoalan itu agar warga aman dan nyaman. “Jika terus berlangsung seperti itu, bukan tidak mungkin pasti ada korban, terutama bagi anak-anak yang sekolah nya tepat di pinggir jalan utama,” tuturnya. (yfn)