Penderita HIV tak Boleh Dikucilkan
TALKSHOW HARI AIDS: Sejumlah narasumber memaparkan cara menghilangkan diskriminasi dan stigma buruk terhadap ODHA.
TELUKJAMBE TIMUR, RAKA – Masih banyak stigma negatif dan diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA), seperti sikap enggan berinteraksi dengan mereka dan juga mengucilkan dari pergaulan sosial. Hal ini terjadi karena kebanyakan masyarakat berpandangan HIV dapat menular hanya dengan kontak fisik. “Jujur aku pribadi kalau ketemu (ODHA) itu takut, mau ngobrol saja segan,” ucap Putri Agustin (16), salah satu peserta Talkshow Hari AIDS Sedunia di Festivewalk, Minggu (1/12).
Ia mengatakan, rasa takutnya tersebut karena dia mendengar bahwa HIV dapat menular jika mengenai air liur. Stigma negatif yang lainnya yang dia tahu adalah masyarakat memandang rendah ODHA, mereka menghubungkan-hubungkan kepribadian ODHA meski belum tentu hal itu benar. “Masa lalunya dia teh ih dia mah gitu, dulunya sih suka ngelakuin ini, pantesan kena penyakit juga,” ujarnya mencontohkan.
Namun setelah mengikuti talkshow tersebut, dia menyadari bahwa yang mesti dijauhi itu bukan ODHA melainkan penyakitnya. Ia juga akan bersikap lebih terbuka kepada teman-teman ODHA untuk bisa bergaul lebih dekat. Ia berpesan kepada remaja pada umumnya, untuk dapat menjaga pergaulan agar terhindar dari HIV dan perbanyak pengetahuan untuk dapat memilah mana yang baik dan tidak baik. “Jangan pernah menyerah, jangan pernah merasa minder, terus berjuang saja walaupun gak sembuh tapi kan ada pengendalian,” pesannya.
Hal sama juga diutarakan oleh Alya Isyana Putri (15), awalnya memiliki stigma negatif seperti yang banyak yang berkembang, yakni rasa takut untuk bergaul karena khawatir tertular. Karena itulah dia mengikuti talkshow kemarin untuk memperdalam pengetahuan tentang HIV dan AIDS. Saat ini dia tahu bahwa HIV tidak menular hanya karena berdekatan dengan mereka. “Ternyata menularnya gak semudah itu,” tuturnya.
Ia sendiri menyayangkan banyak kasus seks bebas di kalangan rtemaja, sebagaiman banyak disaksikannya dalam pemeberitaan. Hal itulah yang menurut sepengetahuannya beresiko tinggi menularkan HIV. Ia berharap masyarakat khususnya remaja seusianya, untuk tidak memandang seseorang dari penyakitnya. Selain itu juga dia ingin teman-teman ODHA untuk tidak putus asa. “Tetap semangat menjalani kehidupan, intinya sih itu saja,” ucapnya.
Masih di tempat yang sama, Annisa Dyah Prameswati, mengaku sempat berpandanagn sangat buruk terhadap ODHA. Namun kini ia menyadari bahwa mereka adalah sama dengan orang pada umumnya, hanya saja penyakitnya yang berbeda. Yang dia tahu saat ini masih ada anggapan buruk dan mengucilkan teman-teman ODHA. “Jangan merasa diri mereka itu sebagai aib, jangan pernah putus asa,” pesannya.
Sementara itu, seorang teman tuli Niza Tri Khairunnisa (18) yang juga menghadiri talkshow tersebut, ikut menyemangati teman-teman ODHA. Mereka ingin ODHA tetap berjuang dan tetap semangat, pesan mereka agar para ODHA janga bersedih dan terus minum obat serta mejaga kesehatan. Sedangkan teman tuli lainnya Pupung (21) mengingatkan bahwa ODHA tidak sendirian, teman tuli juga sama-sama berjuang untuk hidup dalam keterbatasan.
Yayan Sugihharya, kepala Seksi PKK Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Karawang mengatakan, HIV dan AIDS bukan aib, jangan ada sikap diskriminasi terhapa ODHA. “Sehingga jika ada kerabat yang secara medis dinyatakan mengidap HIV, itu bukan sesuatu yang harus dihindari, dijauhi, bahkan kita kucilkan, itulah yang namanya diskriminasi,” terangnya. (cr5)