TELUSUR
Trending

Ini Lima Sungai Langganan Meluap Setiap Musim Hujan

RadarKarawang.id – Setiap musim hujan ada lima sungai yang langganan meluap. Alhasiil, warga Kabupaten Karawang menjadi korban banjir.

Pertama adalah sungai Citarum. Panjang aliran sungai ini 300 kilometer. Mulai dari Lereng Gunung Wayang di tenggara Kota Bandung, dan bermuara di ujung Karawang.

Setiap musim hujan, dipastikan puluhan desa dan belasan kecamatan yang dilintasi sungai ini pasti kebanjiran.

Sebut saja Kecamatan Ciampel, Kecamatan Karawang Timur, Telukjambe Timur, Telukjambe Barat, Rengasdengklok, hingga Kecamatan Cibuaya.

Kedua, adalah sungai Cibeet. Sungai yang berhulu di Gunung Baud, Pegunungan Jonggol di wilayah perbatasan Sukamakmur, Bogor dengan Kabupaten Cianjur tersebut mengalir sepanjang 101 kilometer.

Ci Beet adalah salah satu sungai yang memasok air ke Saluran Irigasi Tarum Barat atau biasa disebut Kali Malang.

Ci Beet memiliki dua anak sungai besar yaitu Ci Gentis dan Ci Pamingkis (sampai akhir tahun 1995 masih bernama Kali Murug dan pada sebelum tahun 1945 masih bernama Sungai Tji Moeroeg,

serta sebelum tahun 1901 masih bernama Djonggol oost rivier atau disebut Sungai Jonggol Timur (dalam Bahasa Indonesia).

Ci Pamingkis berhulu di Gunung Kencana, Sukamakmur Kabupaten Bogor, sedangkan Ci Gentis berhulu di Gunung Sanggabuana, Kabupaten Karawang.

Baca juga: Mengerikan, Karawang Dihantam Banjir Bandang

Jika sungai ini meluap lalu bersatu dengan Sungai Citarum, bisa dipastikan warga yang paling menderita adalah penduduk yang tinggal di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, karena lokasinya ada di tengah-tengah pertemuan Sungai Cibeet dan Sungai Citarum.

Berikutnya adalah Sungai Cikaranggelam. Berhulu di Situ Kamojing, perbatasan antara Desa Cikampek Puasaka, Kecamatan Cikampek dengan Kabupaten Purwakarta.

Jika sungai ini meluap, maka warga di Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek pasti kebanjiran, terutama warga Perumahan Bumi Mutiara Indah.

Ketinggian luapan sungai ini bisa mencapai atap rumah warga. Hingga kini persoalan tersebut belum bisa selesai, salah satu masalahnya sulitnya membersihkan syphon Cikaranggelam

Sungai Cipangulah yang merupakah anak sungai Citarum juga menjadi masalah setiap musim hujan.

Sungai yang melintasi warga Pangulah tersebut kerap meluap, yang paling terdampak adalah warga Perumahan Eka Mas Permai, Pangulah Utara, Kecamatan Kotabaru.

Terakhir adalah Sungai Cilamaya. Sungai sepanjang sekitar 97 Km yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Sungai ini membelah tiga kabupaten, yaitu kabupaten Karawang, kabupaten Purwakarta, dan kabupaten Subang.

Sungai Cilamaya mengalir dari selatan ke utara berhulu di Gunung Sunda atau Gunung Tangkuban Parahu dan bermuara ke Laut Jawa.

Mata air sungai ini ada di Curug Cilamaya, Kampung Parakaneuri, Kiarapedes, Kabupaten Purwakarta. Sejak 1990-an, kualitas air Cilamaya mengalami penurunan, terutama di musim kemarau.

Para pegiat lingkungan hidup menduga keras beberapa industri sepanjang sungai ini secara tanpa ijin melakukan pelepasan limbah industri ke sungai.

Penanganan dugaan pencemaran lingkungan hidup ini banyak terhambat keterbatasan kewenangan dan adanya batas administratif

yang tidak memungkinkan penyelarasan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup. Jika meluap, sungai ini membanjiri wilayah Jatisari hingga Cilamaya, terutama wilayah pesisir utara

Karawang.

Data yang dirangkum dari sejumlah bencana musimam tersebut. Di antaranya di Kecamatan Rengasdengklok yang meliputi Desa Rengasdengklok Selatan, Desa Amansari, Desa Rengasdengklok Utara, Desa Kertasari dan Desa Karyasari.

Kemudian di Kecamatan Cilamaya Wetan, Desa Rawagempol Kulon, Desa Tegalwaru dan Desa Cilamaya. Serta di Kecamatan Telukjambe Barat yaitu Desa Karangligar dan Desa Mekarmulya.

Selain itu, banjir terjadi di Kecamatan Tempuran yang meliputi Desa Tanjungjaya, Desa Ciparagejaya, Desa Pancakarya dan Desa Jayanegara serta di Kecamatan Purwasari meliputi Desa Purwasari di Perumahan Regency.


Titik banjir lainnya ialah Kecamatan Tirtajaya yaitu Desa Tambak Sumur, Kecamatan Cikampek meliputi Desa Dawuan Tengah.

Lalu Kotabaru di Desa Pangulah Utara, Kecamatan Majalaya di Desa Lemahmulya Perumahan Serasi Indah, serta Kecamatan Jatisari di Desa Sukamekar dan Desa Gempolkolot.


Selanjutnya banjir menerjang Kecamatan Pangkalan di Desa Pangkalan, Karawang Barat di Kelurahan Tanjungmekar dan Tanjungpura, Tirtamulya di Desa Kamurang, Cilebar di Desa Kertamukti, Rawamerta di Desa Panyingkiran,

Tonton juga: Intip Gaji Gus Miftah saat Jadi Utusan Khusus Presiden Prabowo

Cilamaya Kulon di Desa Sukajaya, serta Kecamatan Pakisjaya yang meliputi Desa Telukbuyung dan Desa Telukjaya.


Terbaru, Desa Cigunungsari, Desa Mekarbuana, Cigunungsari dan Desa Cipurwasari di Kecamatan Tegalwaru diterjang banjir bandang.


Sebagai salah satu bencana yang paling sering terjadi saat musim hujan berlangsung, banjir harus mendapatkan perhatian khusus.

Hal ini dilakukan agar penyebaran penyakit yang terbawa oleh banjir dapat lebih diminimalisir, selain itu juga agar berbagai aktivitas masyarakat tidak terganggu akibat banjir yang selalu datang saat hujan terjadi.

Penanggulangan Banjir Abadi di Karawang

Pemerintah Kabupaten Karawang, Jabar, siap menyediakan lahan seluas 1 hektare untuk mendukung rencana pembangunan pintu air

dan kolam retensi di wilayah Telukjambe Barat, dalam upaya mengatasi banjir langganan di sekitar Desa Karangligar, Karawang.

“Kami dari pemkab siap membebaskan lahan seluas 1 hektare untuk membangun pintu air dan kolam retensi, dengan harapan jadi solusi banjir di sekitar Desa Karangligar,” kata Bupati Karawang Aep Syaepuloh,

saat menerima kunjungan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum dan Anggota DPR RI Saan Mustopa di Karawang, Jumat.

Pembebasan lahan itu juga dilakukan sebagai wujud dari kesepakatan Pemkab Karawang dengan BBWS Citarum terkait dengan pembangunan pintu air dan kolam retensi di wilayah Telukjambe Barat

untuk mengatasi banjir langganan di sekitar Desa Karangligar, Karawang.

“Kami ingin bersinergi. Jadi nanti akan dibangun bendungan dan kolam retensi di sini. Untuk itu, kami akan membebaskan lahan sekitar 1 hektare.

Karena yang penting masyarakat di wilayah ini (sekitar Desa Karangligar) bisa terselamatkan dari banjir langganan,” katanya.

BBWS Siapkan Anggaran Proyek Rp 100 Miliar

Kepala BBWS Citarum, Dian Al Ma’ ruf, menjelaskan bahwa banjir di kawasan tersebut terjadi karena air dari Sungai Cibeet tidak bisa langsung mengalir ke Sungai Citarum.

Kondisi ini menyebabkan air di Sungai Cibeet tertahan dan menciptakan backwater di Sungai Cidawolong dan Kedunghurang, yang akhirnya membanjiri Desa Karangligar dan sekitarnya.

“Setelah pintu air terpasang, air dari Citarum tidak bisa masuk ke Cibeet, dan sebaliknya, air dari Cibeet juga tidak akan masuk ke Cidawolong,” kata Dian usai meninjau lokasi, Jumat (6/12/2024)

Selain itu, air dari Sungai Cidawolong akan dipompa ke Sungai Cibeet melalui kolam retensi. Proyek ini direncanakan mulai 2025 dengan anggaran sekitar Rp 80–100 miliar.

Dian menyebutkan saat ini banjir melanda area seluas 80 hektar dari total 135 hektar wilayah terdampak. Setelah normalisasi dan pembangunan infrastruktur selesai, area terdampak diperkirakan berkurang menjadi 17–40 hektar.

Dalam upaya jangka panjang, BBWS Citarum tengah membangun tiga bendungan di Bogor, yakni Bendungan Cibeet, Cipamingkis, dan Cijurai.

Bendungan Cibeet diproyeksikan dapat mengurangi 30 persen volume air yang masuk ke Sungai Cibeet, dengan target penyelesaian pada 2029. (psn)

Related Articles

Back to top button