
PERBAIKI KERUSAKAN: Sejumlah warga Desa Parakanmulya, Kecamatan Tirtamulya, gotong royong perbaiki Masjid Nurul Badriah yang rusak saat hujan disertai angin kencang turun. Akibat kejadian ini, pengelola masjid memerlukan biaya puluhan juta untuk memperbaiki kerusakan.
Angin Ribut Rusak Masjid Nurul Badriah
TIRTAMULYA, RAKA – Hari ini hingga akhir tahun, masyarakat Kabupaten Karawang harus ekstra waspada karena cuaca esktrem diprediksi akan terus melakukan teror. Selain hujan lebat disertai petir, angin ribut sudah banyak menelan kerugian materil berupa rumah rusak hingga pohon tumbang.
Terbaru, angin kencang menerjang wilayah Desa Parakanmulya, Kecamatan Tirtamulya, Sabtu (19/12) sore. Akibatnya, Masjid Nurul Badriah yang ada di wilayah tersebut rusak parah di bagian atap. Ketua Yayasan Pesantren Nurul Badriah Haer Juhaeri mengatakan, sejak pukul 14.00, pihaknya dikagetkan dengan suara yang muncul di lokasi masjid. Penasaran, dia bergegas mendatangi sumber suara, ternyata bagian atap masjid terbawa angin. “Jadi yang terbang ini atap bagian belakang masjid yang merupakan tempat wudhu dan WC masjid,” ucapnya kepada Radar Karawang.
Ia menambahkan, atap yang terbuat dari baja ringan tersebut menghantam kubah, sehingga tidak mengarah ke pemukiman warga. “Beruntungnya tidak ke jalan dan pemukiman warga, tapi sekarang kubah masjid ikut rusak. Malah tadi (Minggu) pagi saat warga menurunkan atap bagian tempat wudhu dan WC ini, seluruh atap bagian masjidnya tertutup karena ukurannya cukup besar,” tambahnya.
Haer mengaku beruntung kejadian tersebut juga terjadi sebelum waktu salat Asar, dan kegiatan mengaji para santri yang rutin dilakukan setiap hari. Kini warga ikut membantu menurunkan atap, serta memperbaiki genting masjid yang terhantam oleh atap baja ringan tersebut. “Kebetulan santri sedang di asrama, jadi posisi masjid kosong. Sekarang (kemarin) lagi dibantu sama warga supaya atap ini bisa diturunkan di atap bagian masjidnya,” akunya.
Dari kejadian tersebut, pihaknya menilai kerugian bisa mencapai puluhan juta rupiah, sehingga ia harus memutar otak kembali untuk mencari anggaran untuk biaya perbaikan. “Kita juga sudah koordinasi sama pihak pemerintah desa, mudah-mudahan saja ada orang yang mau bantu atau pemerintah kabupaten yang peduli dengan bencana ini. Karena untuk Desa Parakanmulya, masjid ini pusat kegiatan keagamaan yang paling ramai. Mudah-mudahan ada solusi,” pungkasnya.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang Supriatna membenarkan adanya laporan musibah puting beliung Sabtu lalu. Ia juga membenarkan musibah serupa cukup sering terjadi di penghujung tahun ini. Namun ia tidak tahu pasti jumlah laporan puting beliung selama sebulan terakhir. “Saya gak hapal kalau untuk bulan ini, besok (hari ini) saya cek di laporan bulanan,” ucapnya saat dihubungi Radar Karawang, Minggu (20/12).
Ia menyampaikan, saat ini Karawang berada pada masa pancaroba peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Angin kencang atau puting beliung seperti ini diperkirakan akan berlangsung sampai akhir Desember di Minggu ketiga, berdasarkan prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Sebab itu ia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada akan terjadinya bencana alam akibat buruknya cuaca belakangan ini. “Masyarakat harus waspada, dan segera lapor jika ada kejadian bencana,” pesannya.
Prakirawan Cuaca BMKG Bandung Yan Firdaus Permadhi mengatakan, beberapa daerah di Jabar memiliki potensi bencana banjir dan longsor menjelang perubahan cuaca ke musim hujan. Sementara itu puncak musim hujan di Jawa Barat diprediksi terjadi pada Januari-Februari 2021. “Sejauh ini untuk wilayah Jawa Barat, yang paling rentan terkena bencana hidrometeorologi (akibat fenomena La Nina) adalah daerah Jabodetabek juga wilayah yang terlewati oleh DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum memiliki kerentanan yang tinggi,” kata Yan.
Ia melanjutkan, masyarakat juga diharapkan dapat lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim hujan. “Seperti menjaga kesehatan dan lingkungan tempat tinggal masing-masing sehingga mengurangi tingkat kerawanan bencana hidrometeorologis,” kata Yan.
Dia mengatakan, masyarakat juga penting untuk tidak panik dan mencari informasi peringatan dini cuaca. “Jangan panik dan mudah termakan berita hoaks dengan selalu memantau informasi yang dikeluarkan oleh BMKG, terutama terkait dengan peringatan dini cuaca dan tinggi gelombang,” pungkasnya. (mal/din)