DAFTAR SEKOLAH: Sejumlah orang tua dan anaknya sedang antre mendaftar di SMAN 1 Ciampel.
KARAWANG, RAKA – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2020 untuk tingkat Sekolah Menengah Atas Negeri dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMAN/SMKN) berlangsung ketat. Sekolah swasta pun berlomba-lomba untuk menarik minat calon peserta didik.
Namun, setiap tahun ternyata ada sekitar tiga ribu sampai empat ribu lulusan SMP dan MTs yang tidak terekrut SMA/SMK/MA di Kabupaten Karawang. Itu diungkapkan oleh Kepala Cabang Dinas Wilayah 4 Ai Nurhasan. Menurutnya, selisih tersebut bisa jadi karena memanfaatkan Paket C, pesantren di luar Karawang, dan sebagian lagi tidak memanfaatkan fasilitas pendidikan SMA/SMK/MA. “
Mudah-mudahan tahun ini semua bisa melanjutkan pendidikan,” ungkapnya kepada Radar Karawang, kemarin. Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Karawang Supandi mengatakan, setiap tahun lulusan SMP banyak yang keluar daerah, ada juga yang pesantren. “PPDB kan belum selesai, nanti juga kita dapat jumlah perkiraan yang tidak melanjutkan setelah selesai PPDB,” ujarnya.
Wakasek Kesiswaan SMA Korpri Karawang Giyanto mengatakan, ketatnya persaingan antar sekolah bukan menjadi satu-satunya penyebab masih belum banyaknya calon peserta didik yang mendaftar di sekolahnya. Menurutnya, jumlah lulusan SMP yang melanjutkan pendidikan juga mesti diperhitungkan. Ia mengatakan, pada 2019 lalu berdasarkan data dari Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah IV, sekitar 5000 lulusan SMP di Karawang tidak melanjutkan sekolah. Hal inilah yang juga menjadi sebab tidak imbangnya antara kuota siswa dengan jumlah pendaftar.
Lebih lanjut ia bercerita, saat itu memcoba menulusuri hal ini, maka ia meminta siswanya untuk mencari informasi tetangga atau kerabat yang tidak melanjutkan pendidikan SMA. Setelah itu ia terjun langsung ke lapangan berdasarkan informasi dari siswanya. Hanya dalam dua hari ia mendapatkan 16 lulusan SMP putus sekolah. “Dua hari saja sudah nemu 16 anak, itu masih dalam satu lingkungan, apalagi kalau lebih dari 2 hari, makanya masuk akal kalau ada 5000 lulusan SMP yang gak lanjutkan sekolah,” paparnya
Masih dikatakan Giyanto, kebanyakan anak-anak ini tidak melanjutkan sekolah karena alasan keterbatasan ekonomi. Sebab itu dengan kesepakatan pihak sekolah dan izin yayasan, anak-anak putus sekolah ini digratiskan biaya sekolah. Hanya saja saat itu SMA Korpri hanya mampu memberi beasiswa bagi 6 anak. (nce/din)