Tiga Kali Tanam Setahun tak Menguntungkan
RAWAMERTA, RAKA – Nampaknya program pemerintah memperbaiki swasembada pangan melalui program tiga kali tanam padi setahun sulit untuk diwujudkan. Alasannya program tersebut dianggap banyak merugikan petani.
Menurut aktifis pertanian Saepul Bahri, program tiga kali tanam tersebut dinilai terlalu dipaksakan. Karena secara tidak langsung, melalui program itu siklus hama takan pernah terputus. Sementara, lebih sering petani padi lakukan tanam, lebih banyak juga modal yang dikeluarkan. Sedang hasil panennya sendiri tak sesuai dengan harapan akibat gangguan hama. “Swasembada pangan tidak akan pernah terwujud jika petani selalu gagal panen,” ucapnya, Minggu (30/12).
Lanjut Saepul, banyak diantara petani yang mengeluhkan proses tiga kali tanam tersebut. Dan ia menilai, program pemerintah itu kurang tepat untuk diterapkan di area pesawahan. Saat ini saja, banyak petani yang gagal panen, seperti contohnya di area pesawahan yang berada di Kecamatan Rawamerta dan Kecamatan Majalaya, hama berbeda menyerang sawah disana. “Di kecamatan Rawamerta sawahnya diserang hama tikus, sedangkan di Kecamatan Majalaya diserang hama wereng. Stop program tiga kali tanam,” ungkapnya.
Sebelumnya, Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Rawamerta Wahyu Abdul Aziz mengatakan dalam pelaksanaan program tiga kali tanam tersebut memang dapat meningkatlan hasil panen padi, itu pun jika diimbangi dengan kualitas padi yang bagus. Apalagi didukung ketersediaan air yang cukup.
Sementara disisi lain, jika program tiga kali tanam terus berlanjut, sisi negatifnya yaitu siklus hama tak akan terputus, dan tingkat keasaman tanah pun akan semakin tinggi. “Pertumbuhan padi tidak akan bagus, makanya akan lebih baik jika tanah dibiarkan mengering terlebih dahulu,” pungkasnya. (rok)