HEADLINETELUSUR

Tipu Orangtua Agar Bisa Beli Kuota untuk Game Online

RadarKarawang.id – Tipu orangtua agar bisa membeli kuota untuk game online rupanya sudah jadi rahasia umum.

Di kalangan anak-anak sekolah ada ungkapan yang sangat populer, yaitu uniko kata lain dari usaha nipu kolot (orang tua dalam bahasa Sunda).

Jika anak-anak 90an hingga awal 2000an uniko itu identik dengan mendapatkan uang jajan lebih dari hasil membohongi orangtua untu membeli makanan, atau mentraktir teman-teman.

Kini, anak-anak kaum rebahan menipu orangtua agar bisa membeli kuota internet.

Perbuatan itu sudah jadi rahasia umum di kalangan anak-anak jika kepepet tak punya kuota, untuk menuntaskan misi dalam game online.

Cara yang paling gampang dan selalu sukses adalah, mark up harga buku hingga uang ujian.

Basa Juga: Akses ke Stasiun Kereta Cepat Karawang Segera Beroperasi

Atau berpura-pura belajar bersama di rumah teman agar diberikan uang saku tambahan.


Seorang siswa SMP di Kotabaru berinisial Ip (14) mengaku sering menipu orangtuanya agar bisa membeli kuota internet.

“Saya sih sukanya pura-pura ada kerja kelompok, padahal uangnya dipakai beli kuota,” ungkapnya kepada Radar Karawang, kemarin.


Ia melanjutkan, kuota internet yang dibelinya bukan untuk keperluan sekolah, atau berselancar mencari tambahan ilmu pengetahuan.

Tapi agar bisa main game online favoritnya. “Soalnya kalau lagi war tiba-tiba ngeleg karena habis kuota kan suka kesel,” ujarnya.


Meski menurutnya menipu orangtua itu tidak baik, tapi Ip berkilah itu adalah pilihan yang harus dilakukan agar bisa tetap main game.

“Kalau minta uang untuk kuota, pasti mamah gak ngasih. Kan dijatahnya sebulan sekali,” ujarnya.


Ip mengaku jarang menggunakan handphone untuk belajar, justru sering digunakan main game. “Pernah sih dipakai nonton video porno.

Paling digunakan belajar kalau ada tugas dari sekolah saja,” akunya.


Pelajar lainnya yang ditemui Radar Karawang di area Lapang Kotabaru, As (16) mengaku dijatah orangtuanya Rp50 ribu sebulan untuk membeli kuota internet.

Namun, tidak sampai sebulan selalu habis. “Kebiasaan nonton youtube sama download lagu, ditambah main game jadi suka habis sebelum waktunya,” tuturnya.


Jika sudah habis kuota, As mengaku sering mencari jaringan wifi gratis di warung-warung kopi.

Tonton juga: Ini Asal Usual Punya Nama Gus

“Modalnya cuma jajan cemilan di warung, bisa main internet sepuasnya,” katanya.

As juga kadang menipu orangtuanya agar dapat uang tambahan. Mulai dari berbohong ada kerja kelompok, sampai memakai uang praktikum bulanan sekolah agar bisa beli kuota.

“Kadang uangnya juga dipakai beli rokok sama bensin motor,” ujarnya.

Pemilik warung penyedia wifi di Wancimekar, Kotabaru, Teteh Dion mengaku hampir setiap hari selalu ramai dikunjungi anak-anak sekolah.

Apalagi saat anak-anak belajar via online ketika corona mewabah. Sebab, dibanding dengan belajar di rumah, di warung internet mereka tetap bisa bertatap muka dengan teman sekolahnya, meski hanya beberapa saja.

“Hampir setiap harinya selalu ramai, banyak siswa belajar di sini, karena saya menyedikan wifi,

hanya membayar Rp 5.000 mereka bisa sepuasnya melakukan internetan,” paparnya.


Dion mengaku, selain digunakan untuk belajar, terkadang mereka menggunakan internet dengan bermain games bahkan tidak mengenal waktu sampai berlarut-larut malam.

“Sisi negatifnya, mereka gak mengenal waktu, padahal saya sudah ngasih tahu untuk tidak begadang, karena khawatir kena omel orang tuanya,” akunya.

Kecanduan Game Online Berdampak Buruk

Indonesia Youth Economic Society (INAYES) menyoroti fenomena kecanduan game online di kalangan remaja bahkan anak-anak.

Adiksi atau kecanduan game online itu berdampak buruk, sehingga harus ditangani. Salah satunya dengan pembatasan durasi bermain game.

Ketua Departemen Perlindungan Anak INAYES Offie Dwi Natalia mengatakan Indonesia merupakan negara peringkat ke-5 terbesar pengguna gadget di dunia.

Putri Indonesia Jambi periode 2019 itu menerangkan ada banyak faktor terjadinya kecanduan gadget. Diantaranya faktor psikologis seperti merasa disukai, dihormati, dan dapat mempengaruhi orang lain.

“Penyebab lainnya kecanduan gadget dan game online diantaranya munculnya game baru, penghilang stress dan keinginan mendapatkan hadiah,“ terang Offie kepada JawaPos (Induk RadarKarawang.id)

Offie juga mengungkapkan kecanduan gadget dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Mulai pekerjaan, waktu belajar, dan hubungan dengan teman-teman.

Serta mengganggu kesehatan dan mental. “Akibatnya diantaranya sulit tidur, penurunan fungsi kognitif, penurunan relasi akademis,

penurunan hubungan sosial dan kalau sudah mulai sulit fokus, mudah ngantuk, ini salah satu akibat adiksi game online dan sosial media,“ ungkapnya.

Wanita yang juga berprofesi sebagai psikolog pendidikan ini menyampaikan, meskipun ada dampak negatif, ada juga manfaat dari gadget itu sendiri.


Seperti menambah relasi, meningkatkan kinerja, dan kemampuan otak. Kemudian menambah kemampuan bahasa, melatih fokus hingga mendapatkan penghasilan.

“Solusi dari kecanduan gadget sendiri dengan membatasi waktu bermain gadget, cari hobi baru, tidak bermain gadget di kasur dan melakukan terapi mandiri,“ ucapnya.

Terapi mandiri mulai dari mengenali kebiasaan dengan menuliskan serta menilai positif dan negatif dari penggunaan gadget itu sendiri.

Kemudian tentukan skala prioritas. Isi kegiatan dengan beragam aktivitas dan melatih diri. Melawan rasa bosan dengan mencari berbagai aktivitas selain bermain gadget.

Narkoba Lewat Mata

Psikolog Retno IG Kusuma menjelaskan bahwa kecanduan Game Online memiliki makna yang sama ketika mengalami kecanduan Narkoba, untuk itu kecanduan Game Online sering disebut sebagai Narkolema (Narkoba lewat mata).

“Ketika seseorang yang sudah kecanduan Game Online bisa merujuk pada tindak kriminal, misalnya saja saat si pecandu ini memainkan sebuah permainan yang menuntut harus membeli senjata-senjata dan sebagainya,

tapi si pecandu ini malah kekurangan duit, kemudian mulailah belajar dari berbagai macam yang ada di internet, bobol ATM, penipuan, nah jadi kecanduan ini sering disebut sebagai Narkolema,” jelas Kepala Pusat Layanan Psikologi Pradnyagama, Psikolog Retno IG Kusuma kepada wartawan.

Ia menambahkan bahwa jika seseorang berada pada tahap kecanduan dari Game Online, berarti telah terjadi kerusakan yang sama, seperti kerusakan saat kecanduan mengkonsumsi Narkoba.

Selain itu, pada bagian psikologinya terjadi masalah yang disebabkan karena terlalu sering terpapar Game Online tersebut. Dalam hal ini, terpapar Game Online dapat mempengaruhi otak secara psikis dan dapat menimbulkan respon yang dapat dikatakan tidak normal.

Menurutnya, kecanduan Game Online juga dapat terjadi pada siapapun, terutama bagi seseorang yang sedang mengalami depresi dan frustasi, dengan memilih pengalihannya pada game online.

Sehingga, saat memilih untuk bermain Game Online tersebut, biasanya para pemain menemukan tantangan baru dan juga kepuasan berupa hormon endorfinnya meningkat, sehingga mendorongnya untuk terus bermain.

Bermain Game Online secara berlebihan dapat berujung pada gangguan psikis seseorang, hingga tumbuh kondisi yang emosional, yang dapat memicu tindakan agresif.

Gambaran dalam permainan yang terekam otak seseorang yang sedang kecanduan game online hampir menyerupai adiksi atau pengaruh narkoba.

“Biasanya bagi para pecandu Game Online ini, kita lakukan pendekatan tentang masalahnya, dan juga diberikan obat secara rutin, hingga kondisinya kembali membaik,” ujar Psikolog Retno. (psn)

Related Articles

Back to top button