
KARAWANG, RAKA – Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang menilai sosialisasi program Tree Zero telah ampuh dalam mencegah perilaku sex bebas di kalangan remaja.
Penyakit HIV masih menjadi salah satu problematika yang terjadi di Karawang. Maka dari itu Dinas Kesehatan mempunyai program kegiatan Tree Zero.
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan, Yayuk Sri Rahayu mengatakan seluruh petugas kesehatan hingga sekarang masih melakukan pemeriksaan kepada populasi kunci.
“Kalau dilihat dari karakteristik penderita HIV memang seks laki yang paling banyak. Program HIV ada kegiatan Tree Zero, harapannya tidak ada HIV baru, tidak ada kematian yang baru karena HIV, tidak ada diskriminasi. Kami melakukan tes pada populasi kunci,” ujarnya Selasa (15/10).
Setelah diperiksa, maka pasien akan diberikan obat yang wajib diminum seumur hidup. Yayuk menegaskan obat tersebut tidak dapat mematikan virus, namun hanya mensupresi saja. Selanjutnya pasien pun wajib melakukan pemeriksaan sebanyak dua kali dalam satu tahun.
“Kemudian setelah ditemukan mulai diobati dan harus diminum seumur hidup. Obat itu tidak mematikan virus tetapi mensupresi virus di dalam tubuh, ketika rutin ada pemeriksaan setahun minimal dua kali. Berikutnya harus diterima oleh masyarakat agar bisa hidup berdampingan sehat dan produktif,” tegasnya.
Yayuk menambahkan penukaran HIV tidak berasal dari sentuhan kulit. Penularan terjadi melalui hubungan sex, ibu ke janin, transfusi darah, pemberian ASI dari ibu penderita HIV.
“Melalui promosi edukasi kepada anak-anak yang remaja untuk melakukan perilaku hidup yang sehat, jangan dekat dengan sex bebas yang belum waktunya. HIV ditularkan melalui hubungan kelamin, ibu ke janin, transfusi darah, saat tenaga kesehatan melakukan operasi pasien HIV namun tidak memakai APD yang lengkap. Virus ada di darah, cairan laki-laki dan perempuan, ASI,” tambahnya.
Selain itu untuk penemuan kasus HIV di calon pengantin, pihak dinas tidak mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi kepada calon pasangan. Pemberian informasi tersebut harus dilakukan oleh pasien.
“Kepada catin, tenaga kesehatan tidak dapat menyampaikan kepada pasangannya tetapi pasien yang harus berbicara ke calon pasangan. Kami memberikan pengobatan secara gratis. Kita terus melakukan sosialisasi ke sekolah, masyarakat, PKK, kelompok pengajian,” lanjutnya.
Selain menyerang calon pengantin, penyakit itu pun menyerang kalangan remaja. Ia mengaku adanya sosialisasi ke setiap sekolah mempunyai dampak positif dalam mencegah adanya perilaku sex bebas yang dilakukan oleh remaja.
“Cukup berpengaruh, ketika remaja salah berperilaku yang sehat maka sebagai sumber penularan seperti sex bebas akan menjadi entripoint masuknya HIV. Kami hanya memberikan edukasi agar tidak melakukan hubungan sex bebas saat belum berkeluarga, siapkan dulu pribadi untuk bisa siap secara fisik, mental dan finansial,” terangnya.
Sementara itu Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DPPKB), Imam Bahanan menyampaikan alat kontrasepsi hanya diberikan kepada pasangan usia subur yang telah menjadi peserta KB. Kemudian untuk proses distribusi pun melalui fasilitas kesehatan.
“DPPKB sebagai OPD bidang pengendalian penduduk dan KB mendapatkan Droping Alat dan obat kontrasepsi dari BKKBN, alkon tersebut diperuntukan bagi pasangan usia subur sebagai peserta KB. Distribusinya melalui fasyankes KB,” ungkapnya.
Ketika peserta KB ingin memperoleh alokon, maka wajib menunjukkan kartu peserta. Ia menegaskan salah satu alokon berupa kondom yang diberikan oleh BKKBN tidak diperjual belikan secara bebas di masyarakat dan ada data yang tercatat untuk pengguna.
“Peserta KB wajib memiliki kartu KB sehingga untuk mendapatkan alokon dapat menunjukkan kartu tersebut. Kondom dari BKKBN tidak diperjual belikan, kalau yang beredar itu dari perusahaan. Kalau kondom dari BKKBN penggunanya pasti tercatat,” tutupnya.(nad)