HEADLINEKARAWANG

Tua-tua Keladi

A Taufiq Hidayat
Direktur Radar Karawang

Radar Karawang lahir saat semangat otonomi daerah menggelora. Koran ini juga menjadi saksi bagaimana daerah ini dibangun setelah enam tahun bergulirnya reformasi. Setidaknya, ada dua semangat saat koran ini diterbitkan 16 Agustus 2004. Membangun tradisi jurnalisme berbasis kedaerahan, serta mendorong percepatan pembangunan daerah.

Sebelum Radar Karawang memulai debutnya, belum ada surat kabar harian lokal. Di awal kehadirannya banyak yang pesimis koran ini mampu berkembang dan berumur panjang. Bahkan sempat menjadi bahan tebak-tebakan: Kuat berapa bulan Radar Karawang terbit?

Begitu pun untuk memasarkan koran ini. Sulitnya minta ampun. Tidak mudah. Harus benar-benar sabar. Bahkan ada beberapa loper yang tidak tertarik menjualnya dengan alasan koran lokal susah lakunya. Saat itu memang era keemasannya koran nasional.

Di kalangan pembaca, tidak sedikit yang meragukan independensi Radar Karawang. Ada diantaranya yang menganggap koran ini sebagai corong golongan tertentu. Namun dengan konsistensi, anggapan tersebut abai dengan sendirinya. Bahkan kemudian tumbuh dan menjadi market leader.

Pun budaya advertisement. Di awal koran ini hadir, budaya beriklan di tingkat lokal masih terbilang rendah. Tidak gampang mengajak orang untuk beriklan. Marketing kami harus mengedukasi dulu calon pemasang iklan, apa keuntungan yang mereka dapat jika beriklan. Barulah mengajak memasang produknya di Radar Karawang.
Belanja iklan masih didominasi kalangan pemerintahan. Sementara iklan komersil masih didominasi produk nasional. Seiring berkembangnya Radar Karawang, tren belanja iklan di tingkat lokal mulai tumbuh. Dunia usaha di daerah semakin dimudahkan untuk mempromosikan produk mereka. Tanpa harus merogoh kocek yang terlalu dalam, tapi bisa dikenal banyak orang.

Nah, memasuki usia lebih dari satu setengah dekade, tantangannya baru lagi. Era disrupsi media. Yang diawali berkembangnya teknologi informasi. Semua orang bisa dengan mudah mendapatkan informasi. Tinggal klik. Dalam hitungan detik informasi terbaru bisa didapat.

Lantas bagaimana dengan koran harian yang terbitnya sehari sekali, sedangkan informasi dari media yang berbasis teknologi informasi sangat cepat. Di sini letak keunggulan media harian. Koran punya mekanisme tersendiri untuk mengeluarkan informasi. Hanya berita yang terkonfirmasi yang bisa dimuat. Tidak hanya mengejar cepat. Akurasi jauh lebih penting.

Sehingga, informasi yang dilansir bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Informasi yang dimuat telah melalui saringan yang berjenjang. Mulai hasil liputan di lapangan, dikonfirmasi kepada pihak terkait. Sampai meja redaksi pun disaring lagi oleh editor.

Peran media harian tidak akan bisa digantikan oleh media lainnya. Karena informasi yang disiarkan tidak bisa begitu saja dilempar tanpa filter. Sejak beberapa tahun lalu, Radar Karawang sudah menyiapkan model media multiplatform yang saling melengkapi. Yang menggabungkan piranti konvensional dengan digital. Selain media harian, juga dikembangkan portal berita online www.radarkarawang.id. Yang dilengkapi dengan berbagai akun media sosial. Mulai dari facebook, twitter, instagram, tiktok, snackvideo, helo dan lainnya. Semuanya dikelola dengan baik oleh tim medsos yang terlatih.

Abad ini memang penuh tantangan. Hanya yang berani berinovasi yang bisa terus tumbuh dan berkembang. Terlebih di masa pandemi covid-19. Semua orang dilanda kesulitan. Keberanian berinovasi menjadi keniscayaan. Hanya yang tidak berani melangkah yang akan tamat. Nggak apa-apa dijadikan bahan tebak-tebakan lagi. Hehe.. Radar Karawang dituntut untuk menjadi media pelopor di setiap perkembangan zaman. (*)

Related Articles

Back to top button