Makam Syekh Baing Yusuf di Masa Pandemi

PEDANG MILIK SYEKH BAING YUSUF: Keturunan Baing Yusuf menunjukkan salah satu peninggalan leluhurnya di kawasan makam Baing Yusuf di belakang Masjid Agung Purwakarta.
Pedang 1,2 Meter, Kitab Fikih Sunda
PURWAKARTA, RAKA – Sepak terjang Raden H Muhammad Yusuf bin Jaya Negara atau yang dikenal Syekh Baing Yusuf menyebarkan agama Islam di Purwakarta, bisa diketahui lewat sejumlah barang peninggalannya yang masih terawat hingga saat ini.
Selain masjid yang berdiri megah di pusat kota Purwakarta, Syekh Baing Yusuf juga mewarisi pedang berdiameter 1,20 meter, Alquran, kitab fikih Sunda, Tasawuf Sunda. Dikatakan oleh pengurus Masjid Baing Yusuf Purwakarta Bidang Imaroh, R Sanusi, Alquran dan kitab fikih Sunda, tasawuf Sunda digunakan syekh saat memberikan tausiah menyebarkan Islam kepada masyarakat Purwakarta di masjid, sambil memegang pedang. “Pedang syekh masih asli dan sangat tajam kiri dan kanannya,” ujar dia, beberapa waktu lalu.
Ia melanjutkan, Masjid Agung Baing Yusuf lokasinya tak jauh dari kantor Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Selain tempat ibadah, masjid tersebut juga menjadi lokasi wisata religi di Purwakarta. Namun, sejak pandemi, ada aturan ketat untuk menekan penyebaran corona. “Banyak yang ziarah ke sini, mulai dari dalam, luar kota hingga di luar Pulau Jawa,” ujarnya.
Dia bercerita, Syekh Baing Yusuf menyebarkan Islam di Purwakarta sekitar 119 tahun, sejak pertama kali datang pada 1826 hingga meninggal pada tahun 1854. Kemudian dimakamkan di sekitar Masjid Agung Baing Yusuf. Salah satu kisahnya yang paling meleganda adalah kegigihannya memberikan pencerahan kepada badega atau pengawal Prabu Siliwangi yang singgah di Sindangkasih dan Kutawaringin, yang saat ini dikenal dengan sebutan pasar Rebo. Badega pada saat itu masih memeluk agama Sunda wiwitan. “Masjid inilah tempat syiar ke masyarakat,” ujarnya.
Selain menjadi pendakwah, syekh kelahiran 1709 itu juga sempat terlibat pertempuran di Kabupaten Karawang sebelumnya. Sanusi tidak mengetahui detail pertempuran yang dimaksud. Yang jelas, pertempuran itu melibatkan pasukan Belanda dan Tiongkok. Dari buku sejarah singkat disebutkan bahwa Syaikh Baing Yusuf semasa kecil sudah memiliki kelebihan dan keistimewaan dibandingkan anak seusiannya. Pada usia 7 tahun Syaikh Baing Yusuf kecil diketahui sudah memahami bahasa Arab, dan 5 tahun berikutnya di usia 12 tahun Syaikh Baing Yusuf kecil sudah mampu menghafal Alquran, setahun kemudian mempelajari agama Islam di Mekkah tanah kelahiran Nabi Muhammad Salallahu alaihi wassalam. (gan)