
radarkarawang.id – Di tengah hiruk-pikuk dan padatnya aktivitas Kota Karawang, muncul sebuah kisah inspiratif dari seorang pria paruh baya yang mendedikasikan hidupnya.
Dialah Ucok, seorang juru parkir di perlintasan rel kereta api Tuparev yang tak pernah lelah menjalankan tugasnya, membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak pernah menghalangi niat baiknya untuk berkontribusi.
Pengabdian Ucok di perlintasan kereta ini bukanlah cerita baru. Pria yang kini berusia 61 tahun tersebut telah menjalankan tugas mulianya selama 17 tahun, menjadikannya sosok yang sangat dikenal di kawasan Tuparev.
Menariknya, pekerjaan Ucok memiliki dasar hukum yang jelas. Ia tidak bekerja secara sembarangan, melainkan telah mendapatkan izin resmi dari Kapolres Karawang untuk mengatur lalu lintas di salah satu titik rawan kecelakaan tersebut, sebuah pengakuan formal atas peran pentingnya.
Setiap hari, tugas utama Ucok adalah menertibkan kendaraan bermotor dan mobil yang melintas. Ia sering kali harus menghadapi tantangan dari para pengendara yang tidak disiplin, terutama mereka yang mencoba menerobos perlintasan.
“Saya ingin menertibkan kendaraan, masih banyak kendaraan yang menerobos pas kereta lewat,” ujarnya sambil tersenyum tulus. Ucok menunjukkan tekad kuat untuk meningkatkan kesadaran disiplin berlalu lintas demi keselamatan bersama.
Lebih dari sekadar menertibkan, Ucok menegaskan bahwa tujuan utama dan satu-satunya ia berdiri di sana adalah untuk menjaga keselamatan warga Karawang. Ia menyadari betul betapa berbahayanya jika perlintasan itu dibiarkan tanpa pengawasan.
Filosofi hidup Ucok terkait upah sangatlah sederhana dan penuh keikhlasan. Ia tidak pernah memaksa atau mematok tarif kepada pengguna jalan. Ia menjelaskan, prinsipnya adalah menerima setiap pemberian dengan lapang dada.
“Jika ada orang yang ngasih uang diterima, jika tidak ada tidak apa-apa,” katanya dengan lembut, mempertegas bahwa uang bukanlah motivasi utamanya, melainkan hanya bentuk apresiasi sukarela.
Pria 61 tahun ini lantas menegaskan kembali motivasi utamanya. Ia mengatakan bahwa ia bekerja murni karena dorongan hati nurani dan rasa tanggung jawab sosial.
“Saya di sini bukan minta gaji bukan, karena ikhlas ridho-nya saya,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca, menunjukkan ketulusan yang mendalam.
Inisiatif Ucok menjadi juru parkir rel kereta berawal dari keprihatinan yang mendalam. Dulunya, ia sering nongkrong di daerah Tuparev dan menyaksikan langsung banyak insiden kecelakaan tragis yang terjadi di perlintasan itu.
Melihat korban terus berjatuhan, hati nurani Ucok terpanggil. Ia akhirnya memutuskan untuk beralih peran, dari sekadar penonton menjadi seorang juru parkir yang bertugas mengatur lalu lintas dan memberikan peringatan dini.
Meskipun hidup sendiri dan memiliki keterbatasan fisik yang ia miliki, semangat Ucok tidak pernah padam. Ia tidak menjadikan keterbatasan itu sebagai alasan untuk mengeluh, melainkan terus menjalaninya hari-hari dengan penuh syukur dan dedikasi.
Setiap kendaraan yang melintas di rel kereta api Tuparev selalu mendapatkan sapaan ramah dari Ucok, diiringi dengan senyuman manisnya. Kisah Ucok adalah bukti nyata bahwa kebaikan sejati lahir dari keikhlasan hati dan rasa tanggung jawab, menjadikannya sosok yang sangat inspiratif di Karawang. (uty)