Air Sungai Citarum Semakin Tercemar
Berbau, Sering Berganti Warna
RENGASDENGKLOK, RAKA – Hingga kini jasa perahu eretan masih menjadi pilihan para pengendara motor yang ingin melintasi Sungai Citarum dari Bekasi ke Karawang. Hal itu membuat dapur para penarik perahu tetap ngebul.
Inan Kling (49) warga Teko Pebayuran, Bekasi, tukang tarik perahu eretan mengatakan, saat keadaan air Sungai Citarum surut lebih mudah untuk menarik beban perahu. “Sehari dapat Rp150 ribu,” ungkapnya kepada Radar Karawang, Minggu (30/6).
Dia mengaku bekerja setiap hari 12 jam. Mulai dari pukul 06.00 hingga 18.00. Atau dari pukul 18.00 hingga pukul 06.00 WIB. Saat bekerja malam hari, dia mengaku harus menahan dingin dan gigitan nyamuk. “Kalau malam kadang sendiri kadang berdua, paling kalau hujan mending pulang,” katanya.
Inan mengungkapkan, sudah sepuluh tahun menjadi tukang tarik perahu eretan, dan selama itu dirinya bekerja beberapa kali sering merasakan baunya air Citarum. Bukan hanya bau, airnya juga kadang merah dan hitam. “Kadang ada warga yang nimba air disini buat mandi sama nyuci,” katanya.
Warman (45) warga Pebayuran, Bekasi, mengatakan sering melintasi Sungai Citarum menggunakan perahu eretan. Ongkos yang harus dia keluarkan setiap kali naik Rp2.000. Kecuali banjir, ongkosnya Rp5.000. “Hampir setiap hari lewat sini, soalnya lewat mana lagi, mau lewat Tanjungpura kejauhan,” pungkasnya. (cr4)