Bertahan Hidup Jual Rongsokan
LUPUT BANTUAN: Warga tidak mampu di Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok tidak memdapatkan bantuan dari pemerintah. Padahal kondisinya layak dapat bantuan.
Banyak Warga Miskin tak Dapat Bantuan
RENGASDENGKLOK, RAKA – Sudah miskin, tidak dapat bantuan. Jumlah mereka tidak sedikit, keberadaannya nyata. Namun sayang, pendataan yang kurang jeli, membuat orang melarat tersebut tidak tercatat sebagai penerima bantuan dari pemerintah.
Namin (65) warga Kampung Krajan A, Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok, buktinya. Sejak lama di tinggal di emperan. Sehari-hari hanya mengandalkan rongsokan agar bisa bertahan hidup. “Pekerjaan saya ngerongsok, setiap hari dapat sekarung juga gak, paling juga kalau dijual dapat lima ribu,” jelasnya kepada Radar Karawang, Senin (18/3).
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, istri Namin, Tati (44) bekerja sebagai tukang cuci, itu pun tidak setiap hari. “Kebutuhannya sehari-hari kuli nyuci, paling dapat 50 ribu, itu juga gak setiap hari,” kata Tati.
Agar bisa makan, kata Tati, dia sering utang ke warung untuk memenuhi kebutuhan perut. “Makannya apa aja, paling sama oreg. Tapi kalau gak ada duit suka ngutang dulu,” katanya.
Ia mengaku memiliki dua anak yang masih sekolah dasar, baru mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp500 ribu, untuk membeli perlengkapan sekolah. “Baru dapat bantuan PKH, itu juga baru lima kali. Tapi di sekolahan gak dapet,” tuturnya.
Selain tidak punya Kartu Indonesia Pintar, Namin juga tidak memiliki kartu kesehatan. Jika ada keluarganya yang sakit, hanya bisa dibawa ke puskesmas karena biaya klinik lebih mahal. “Gak ada bantuan kesehatan juga, paling kalau sakit dibawa ke Puskesmas Bojong,” ungkapnya.
Namin mengharapkan perbaikan rumah dari pemerintah, karena kondisinya sering bocor setiap turun hujan. “Jangan sampai mau roboh begini,” tutupnya.
Begitu juga yang dialami Aleung (59), janda warga Kalijaya 2, Desa Rengasdengklok Utara. Sebelum terkena penyakit struk ringan, Aleung bekerja sebagai buruh pabrik kerupuk. “Tadinya kerja di pabrik, paling seminggu dapat Rp60 ribu,” jelas Aleung.
Saat ini Aleung hanya bisa mengandalkan makan dan biaya berobat dari anaknya yang sudah berumah tangga. “Emak gak punya duit, juga gak punya suami. Ibu mah rumah jelek juga gak dapet apa-apa, orang-orang mah dapet beras, dapet duit,” ungkapnya.
Aleung mengharapkan kepada pemerintah agar segera membantunya. “Saya harap (pemerintah) bisa bantu, soalnya rumah juga mau roboh,” tutupnya.
Staf Desa Kertasari Rina Herlina mengatakan, warga yang mendapatkan beras bulog sebanyak 792 Keluarga Penerima Manfaat (KPM). “Ini data dari kades yang sebelumnya. Sekarang masih banyak yang belum mendapatkannya,” katanya.
Sekretaris Kecamatan Rengasdengklok Sri mengaku jumlah KPM PKH di daerahnya mencapai ribuan orang. “Januari 2019 sebanyak 4.997 KPM PKH,” katanya. (mra/psn)