Bocah Cilandak “Dapat Bisikan” Sebelum Eksekusi Ayah dan Nenek
RadarKarawang.id – Bocah Cilandak, Jakarta Timur, mengaku “mendapat bisikan” sebelum mengeksekusi ayah dan neneknya.
Bocah berumur 14 tahun berinisial MAS mengaku bisikan itu kemudian membuatnya berkeinginan agar ayah dan ibunya masuk surga.
“Ketika dia gelisah, dia bilang ‘terlalu banyak beban orang tua, ya udah biar saya (MAS) yang mengambil alih, biar Papa-Mama masuk surga’. Setelah itu dia lakukan pembunuhan,” ungkap Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Ade Rahmat Idnal kepada wartawan, Senin (9/12).
Polisi tengah memeriksa saksi kunci terkait kasus pembunuhan yang dilakukan MAS, terhadap ayah dan nenek di Cilandak, Jakarta Selatan.
Saksi kunci dalam perkara ini adalah AP (20) yang merupakan ibu MAS. AP diketahui turut menjadi korban dalam kasus ini dan sempat menjalani perawatan di rumah sakit.
“Pada hari ini saksi kunci yang mengalami penganiayaan sang ibu sudah bisa diambil keterangan.
Baca juga: Warga Desa Lebih Cuek Soal Korupsi Dibanding Masyarakat Perkotaan
Nanti akan kita sampaikan perkembangan terkait dengan peristiwa Cilandak ini,” kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Ade Rahmat Idnal kepada wartawan, Senin (9/12).
Pemeriksaan terhadap AP itu dilakukan di Polres Metro Jakarta Selatan. Dalam pemeriksaan AP didampingi psikolog lantaran kondisi yang bersangkutan masih terguncang.
Ade menuturkan dalam pemeriksaan itu penyidik menggali berbagai informasi terkait MAS, termasuk untuk mendalami motif pembunuhan tersebut.
“Ya terkait kejadian dan hal yang secara pribadi medis dan psikiatris yang kita bisa gali terkait apa yang menyebabkan peristiwa ini bisa terjadi sehingga bisa ditemukan motif sesungguhnya,” tutur dia.
“Ya motifnya masih kita dalami karena saksi kuncinya (saksi mahkota) sedang kita periksa hari ini,” imbuhnya.
Pembunuhan yang dilakukan oleh MAS terjadi pada Sabtu (30/11) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB. Dua orang tewas yaitu sang ayah APW (40) dan neneknya, RM (69).
Sementara ibu pelaku (AP) mengalami luka tusuk dan berhasil menyelamatkan diri. AP pun harus menjalani perawatan medis akibat luka yang dialaminya.
Kenapa Anak Bisa Tega Bunuh Orangtua?
Kasus anak bunuh orang tua kandung merupakan kasus yang jarang terjadi dalam pembunuhan pada umumnya.
Sejumlah riset menunjukkan, kasus ini biasanya hanya berada pada rentang 1,7%-4% dari kasus pembunuhan di dunia. Kalangan psikolog menyebut kejahatan ini sebagai parricide.
Dalam psikologi, istilah “parracide” secara teknis merujuk pada pembunuhan kerabat dekat.
Tapi istilah ini semakin tertanam di benak publik berkaitan dengan kasus pembunuhan anak terhadap orang tua kandung: ayah (patricide) atau ibu (matricide).
Istilah ini merujuk pada buku Understanding Parricide: When Sons and Daughters Kill Parents (2013) yang ditulis Kathleen M. Heide.
Tonton Juga: Materi Penyembahan Setan Masuk Kurikulum SD
Keberadaan kasus parricide sudah ada sejak ribuan tahun lalu, dan kerap menjadi perhatian public.
Kasus pembunuhan ayah dan ibu telah menjadi tema yang berulang dalam mitologi dan literatur, seperti yang terlihat dalam kisah Orestes, Oedipus, Alcmaeon, King Arthur, dan Hamlet.
Dalam risetnya, Heide mengalisis kasus-kasus parricide di Amerika Serikat periode 1979-2007.
Data yang dihimpun sepanjang 32 tahun ini melibatkan 8.117 korban dari ayah dan ibu kandung serta ayah dan ibu tiri.
Ia juga mencatat, kasus parricide di Amerika Serikat ini hanya 2% dari semua kasus pembunuhan di negara itu. Sumbangsih kasus anak bunuh orang tua sebesar 2% juga terjadi di Jepang dan Australia.
Sementara, kasus parricide di Kanada dan Serbia berada di bawah 4%, dan antara 2-3% terjadi di Perancis, sedangkan di Tunisia kasusnya diperkirakan antara 1-5%.
Menurutnya, usia pelaku pembunuhan orang tua merupakan faktor penting. Pelaku pembunuhan bisa saja anak-anak, remaja, atau orang dewasa.
Ada kasus-kasus anak yang masih sangat muda membunuh orang tua, seperti anak laki-laki berusia delapan tahun di Arizona.
Anak laki-laki ini melepaskan beberapa tembakan, dan menewaskan ayahnya serta satu orang yang tinggal bersama mereka.
Namun, Profesor di Departemen Kriminologi Universitas Florida Selatan (USF) ini mengatakan, “kasus anak kecil membunuh orang tua sangat jarang terjadi”.
Dari data yang dihimpun kasus anak bunuh orang tua kandung dengan jumlah korban lebih dari dua juga sedikit, yaitu 7%.
Dari kasus-kasus yang dianalisis, Heide membuat sejumlah pengkategorian latar belakang di balik anak membunuh orang tua:
Pelaku yang mengalami kekerasan berat. Jenis ini adalah yang paling umum ditemukan di antara pelaku remaja. Pelaku dalam kategori ini memiliki riwayat pelecehan, kekerasan dan sudah berlangsung lama.
“Mereka membunuh sebagai respons terhadap teror atau karena putus asa. Biasanya telah mencari bantuan dari orang lain namun tidak berhasil.”
“Mereka sering mencoba melarikan diri dan terkadang berniat, atau mencoba bunuh diri. Dari sudut pandang mereka, tidak ada jalan keluar selain pembunuhan,” kata Heide. (psn)