HEADLINEUncategorized

Dua Kelas Satu Ruangan

BERBAGI RUANGAN: Siswa SDN Wanakerta II terpaksa berbagi ruangan untuk belajar. Soalnya, dari 6 rombel hanya 3 ruangan yang bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

SDN Wanakerta II Terkatung-katung

TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Lagi, kondisi gedung sekolah terlihat memprihatinkan. Siswa SDN Wanakerta II harus berdesakan saat belajar. Mereka harus ikhlas berbagi. Satu ruangan digunakan oleh dua kelas.

Ruangan sempit, siswa banyak, ditambah harus disekat menjadi dua kelas, membuat suasana belajar dan mengajar di SDN Wanakerta II, Kecamatan Telukjambe Barat, begitu tidak nyaman.

Ruang kelas yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar hanya berjumlah tiga ruangan. Kondisi ini memaksa pihak sekolah menyekat dua ruangan kelas untuk dipakai bersama oleh dua rombongan belajar. Lebih dari itu, bangunan sekolah juga sudah nampak tidak layak. Lantai keramik yang retak dan mengelupas, langit-langit yang bocor dan beberapa kaca jendela yang digantikan papan.

Salah satu guru SDN Wanakerta II Tati, pasrah dangan keadaan sekolahnya, meski demikan dirinya tetap semangat mengajar. Sebab baginya, sudah menjadi kewajiban guru kepada anak didiknya. Menurutnya, guru manapun tentunya tidak menginginkan kondisi seperti ini, nyaman tidak nyaman bukan lagi hal yang dipertanyakan jika melihat langsung kondisi sekolah. “Ini mah bukan kata yang berbicara, tapi fakta, ya faktanya seperti ini,” keluhnya.

Kepala SDN Wanakerta II Sulaeman mengatakan, saat ini di sekolahnya terdapat 178 siswa yang bertahan, sebelumnya mencapai 190 siswa. Namun seiring waktu, sebagian mereka memilih pindah sekolah. Siswa yang tersisa kini terbagi dalam 6 rombongan belajar, salah satunya mendapat shift siang karena jumlah ruang kelas yang terbatas.

Adapaun jumlah guru di SD tersebut sebanyak 9 orang, termasuk kepala sekolah. Jangankan ruang perpustakaan, toilet saja tidak ada di sekolah ini, namun mereka tetap bertahan. “Kalau guru numpang di rumah penjaga sekolah, kalau siswa mereka biasa numpang ke WC masjid,” ujarnya.

Sulaeman menjelaskan, sekolahnya belum juga mendapat perbaikan dari Pemkab Karawang karena status lahan milik PT Ceres. Pada tahun 2015 PT Ceres telah merpersilahkan penggunaan lahan tersebut melalui musyawarah diantaranya dihadiri pihak sekolah, komite sekolah, BPD dan aparatur desa. Pada tahun yang sama diwacanakan relokasi SDN Wanakerta II, sebab lahan sekolah saat ini akan dibangun pabrik oleh PT Ceres. Pihak perusahaan bertanggung jawab atas penyediaan lahan dan bangunan, hal itu berdasarkan kesepakatan dengan bupati.

Bahkan menurutnya, bupati telah mengeluarkan surat perintah dan membentuk tim peneliti dan pengkaji terakit relokasi sekolah tersebut, namun nyatanya sampai saat ini relokasi yang diwacanakan belum juga terealisasi, begitupun bantuan untuk perbaikan gedung juga tidak ada.

Guru lainnya, Wawah Uryana mengatakan, nasib SDN Wanakerta II selama 4 tahun ini terkatung-katung. Pemkab Karawang seolah enggan melakukan renovasi bangunan sekolah karena ada wacana mau direnovasi, bahkan pengajuan pengadaan toilet pun pernah ditolak.

Sedangkan PT Ceres sendiri belum juga merelokasi, dia menduga karena dilema lahan sekolah saat ini masuk dalam denah proyek kereta cepat. “Ya mungkin PT Ceres gak mau rugi, masa bangun pabrik nanti kepotong kereta cepat,” terkanya.

Ditambahkannya, sampai saat ini belum ada pembicaraan lanjut mengenai kepastian relokasi gedung sekolah tersebut. Dirinya berharap pihak PT Ceres segera merealisasikan relokasi sekolah, sebab yang menjadi korban adalah para siswa karena salama ini belajar dengan fasilitas bangunan yang tidak layak.

Pemkab Karawang juga diharapakannya dapat terus mendorong realisasi relokasi. “Sudah terlalu lama, ya kita merasa lelah melihat keadaan sekolah seperti ini, kasihan anak-anak,” keluhnya. (cr5)

Related Articles

Back to top button