Uncategorized

Harga Gabah Meleset, Pupuk Subsidi tak Rata

ANGKAT GABAH: Dua orang kuli sedang mengangkat gabah yang sudah dijemur di Purwasari.

CILAMAYA WETAN, RAKA – Sebelumnya para petani Cilamaya sempat sumringah setelah mendengar penjelasan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo tentang harga gabah di atas Harga Pokok Penjualan (HPP) dan pupuk bersubsidi aman. Hanya saja, kenyataan di lapangan tidak sama.

Diantaranya, kata petani di Cilamaya Wetan Jalaludin, pupuk subsidi yang dijanjikan nampaknya tidak merata, buktinya ia sendiri tak menerimanya. Bahkan untuk mencari pupuk saja masih susah, akhirnya petani terpaksa membeli pupuk non subsidi. “Tidak ada subsidi, saya sendiri gak nerima,” ujarnya.

Di tempat berbeda, petani Purwasari, Yusuf mengatakan hal yang sama. Jangankan pupuk bersubsidi, pupuk non subsidi saja susah dia dapatkan. Tak jarang ia harus berebut dengan petani lain hanya untuk mendapatkan pupuk non subsidi. “Boro-boro disubsidi, beli non subsidi saja susah dapat. Saya harus ke Lemahabang, ke Cikampek dan muter-muter ke kios pupuk,” katanya.

Terlebih, ia malah mendapat ceramah dari para Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) lain di luar daerahnya. Pasalnya pupuk yang dimiliki hanya diperuntukan petani di daerahnya. “Udah jauh-jauh kadang gak dapet, katanya pupuk di sini untuk petani sekitar saja. Sementara saya di luar daerah gak boleh katanya, padahal masih satu Karawang juga,” terangnya. Petani Desa Pasirtanjung, Anwar mengaku, untuk harga jual gabah memang di atas HPP, namun dengan kondisi saat ini, jarang ada kuli di sawah yang menyebabkan pengeluarannya membengkak. Mulai dari ongkos angkut hingga maraknya calo.

Seperti yang dia lakukan saat panen pertamanya, padi hasil tanamnya dibeli dengan harga Rp4.000 per kilogram, ada juga tetangganya yang lebih rendah. “Di lapangan itu berbeda, kita sendiri yang merasakan, standar HPP itu di atas Rp4.200-Rp4.500 itu gak ada, padi kita dibeli Rp4.000 per kg,” terangnya. (rok)

Related Articles

Back to top button