Mandi Pakai Air Cibeet

TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Masalah kekeringan di Kabupaten Karawang kerap terjadi setiap musim kemarau. Warga terdampak pun sudah harus harus bagaimana jika sumber-sumber air mulai mengering. Diantaranya menggunakan air Sungai Cibeet.
Meski air sungai tersebut berbau dan membuat gatal, tidak membuat warga Kampung Jatimulya RT 08/03, Desa Wanakerta, Kecamatan Telukjambe Barat, menghentikan aktivitas mandi, cuci, kakus di sungai tersebut. Mereka bahkan santai-santai saja menikmati air sungai yang terindikasi sudah tercemar oleh limbah pabrik.
“Airnya bau sangat menyengat. Tapi mesti bagaimana lagi, kami tetap saja gunakan air untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkap Loyog (44) warga Jatimulya kepada Radar Karawang.
Ia mengaku warga bantaran Sungai Cibeet hampir semua menggunakan air sungai untuk kebutuhan mandi, cuci dan yang lainnya seperti wudhu dan mencuci piring. “Padahal air tersebut sangat berbau tidak sedap,” katanya.
Jika musim hujan, beber Loyog, air Sungai Cibeet tidak berbau karena terbawa arus.
Titin Sartini (39), warga lainnya mengatakan, ada juga warga yang tidak mandi langsung di sungai. Melainkan menyedot air sungai menggunakan pompa yang disalurkan ke bak mandi. “Airnya bau. Ikan peliharaan anak saya yang disimpan di bak mandi juga mati,” tuturnya.
Ia melanjutkan, jika anak-anak mandi menggunakan air tersebut pasti gatal-gatal. “Kami sebagai warga berharap air bisa normal kembali seperti biasa, dan warga bisa menggunakan air dengan nyaman tanpa harus berbau,” jelasnya.
Iis (42) warga lainnya berharap, pemerintah serius menanggapi keluhan warga Wanakerta. Karena dia menduga ada limbah cair yang dibuang ke Cibeet. “Kalau dulu air Sungai Cibeet pun kami konsumsi, tapi kalau sekarang jangankan untuk diminum, buat wudhu saja air baunya sangat menyengat,” tuturnya.
Pantauan Radar Karawang, Sungai Cibeet surut. Warna air hijau dan berbau. Sementara sejumlah warga terutama ibu-ibu dan anak-anak termasuk balita, menggunakan air sambil mandi dan mencuci pakaian. (yfn)