Malu Membecak

RENGASDENGKLOK, RAKA – Situasi tidak mengenakan kadang terjadi dalam hidup. Namun, jika bicara soal kebutuhan, apapun harus dilakoni yang penting halal.
Aep (25) warga Dusun Cikelor, Desa Amansari, Kecamatan Rengasdengklok, mengatakan, demi mencukupi kebetuhan keluarga, dirinya memberanikan diri menjadi tukang becak sekaligus memungut botol plastik, walaupun rasa malu selalu menyertai, saat berpapasan dengan teman sebaya.
“Selama saya jadi tukang becak, suka jual becak kalau lagi kebutuhan keluarga mendesak. Dan kalau punya uang beli becak lagi,” jelasnya kepada Radar Karawang, Minggu (14/7).
Ia melanjutkan, bukan karena keinginan berprofesi sebagai tukang becak, namun karena keterpaksaan. Sebab dirinya mengaku tidak bisa baca tulis, sehingga memiliki prinsip apapun pekerjaannya yang penting halal. Dia mengaku penghasilan sehari-hari tidak lebih dari Rp50 ribu, walaupun begitu tetap menjalankan tugasnya seorang suami dan anak yang harus menafkahi istri dan orang tua. “Sehari-hari kebutuhan orang tua saya yang biayain, karena sekarang orang tua sudah tidak kerja, kalau dulu sering ngejala,” katanya.
Aep mengatakan, kesehariannya sering mengatar barang seperti jengkol, sayur-sayuran, kadang bata. Dia mengaku tidak pernah mangkal melainkan menunggu telepon dari orang yang sudah langganan, dan bisanya sering angkut barang yang berat. “Makanya becak ini tidak ada kursinya,” pungkasnya (cr4)