KOTABARU, RAKA – Buku. Ada saja pelajar yang ‘merinding’ saat mendengar kata itu. Apalagi ditambah kata ‘baca’. Dipastikan muncul 1001 jurus agar bisa terbebas dari dua kata yang mulai terasa asing dan menakutkan tersebut. Maka tidak aneh jika budaya literasi di kalangan pelajar nyaris tidak terdengar. Perpustakaan pun menjadi sarang tikus, cecak, laba-laba. Terasa sepi dan dingin. Tidak ada aktivitas-aktivitas menggairahkan layaknya kegiatan anak-anak zaman now yang mengistilahkan main game bareng dengan mabar alias main bareng.
Namun, bukan berarti tidak ada sama sekali pelajar yang peduli terhadap persoalan ini. Buktinya, sejumlah pelajar di Kecamatan Kotabaru kerap terlihat membuka pojok baca di lapangan Kecamatan Kotabaru setiap Minggu pagi. Banyak buku yang mereka bawa, agar masyarakat yang sedang berolahraga tertarik membaca buku. Hasilnya pun positif. Pojok baca mereka tidak pernah sepi. Ada saja anak-anak yang berhenti, melihat, lalu membaca buku.
Aryanti (17) salah satu pelajar yang aktif di gerakan literasi ini mengatakan, tidak lebih 200 buku dibawanya bersama teman-temannya, agar anak-anak seusianya bisa tertarik membaca buku. “Bukunya macam-macam. Ada komik, novel, fiksi hingga karya ilmiah dan buku-buku populer lainnya,” ungkapnya kepada Radar Karawang, kemarin.
Ia mengaku gerakan ini dilakukan agar budaya literasi kembali bangkit di kalangan remaja. Dia mengaku miris melihat kebiasaan anak-anak seusianya yang lebih menyukai game dibanding baca buku. “Bahaya kalau para pelajar sudah malas baca buku,” katanya.
Muhammad Rival, warga Dusun Kalioyod Desa Wancimekar Kecamatan Kotabaru menyampaikan, untuk mengisi waktu luang di hari libur kerja. Rutinitas membaca buku gratis yang diadakan di lingkungan Kecamatan Kotabaru mendapat respon baik dari masyarakat. Hal itu menunjukan minat baca masyarakat terutama generasi muda cukup tinggi. “Biasanya setiap hari Minggu pagi, sambil berolahraga untuk melepaskan rasa lelah, diisi dengan membaca buku diperpustakaan jalanan yang diadakan IPM,” terang Rival. (psn)
