Pendapatan Ojek Pangkalan Merosot
TUNGGU PENUMPANG: Sejumlah ojek di Lancamanyar ngobrol di pangkalan sambil menunggu penumpang.
- Mau Gabung Ojol, Ribet
KOTABARU, RAKA – Di era moderinasasi perkembangan teknologi semakin canggih. Jika tidak bisa menyesuikan zaman, maka dengan sendirinya akan tergerus dengan zaman. Tengok saja, Ojek Pangkalan (Opang) Lancamanyar, Desa Wancimekar, Kecamatan Kotabaru. Dari tahun ke tahun, pendapatan opang semakin berkurang. Sebab kalah bersaing dengan ojek online (Ojol).
Asep (45) warga Desa Wancimekar, yang merupakan opang Lancamanyar mengatakan, dari tahun ke tahun, pendapatan hasil opang semakin berkurang. Apalagi ditambah dengan adanya ojol. “Sebelum ada ojol, dulu pendapatan opang bisa mencapai Rp100 sampai 150 ribu rupiah perharinya. Sekarang, paling mendapatakan penghasilan Rp30 sampai Rp50 ribu per harinya,” ujarnya, kepada Radar Karawang, Minggu (13/10).
Lelaki yang sudah belasan tahun menjadi opang ini mengaku, meski pendapatan rendah, namun karena tidak ada pekerjaan lain. Namun tetap menjalankan profesi tersebut. “Walaupun pendapatnya kecil, tapi dicukup-cukupi aja, buat memberi nafkah istri dan anak. Kalau gak kerja, kasihan sama yang di rumah mauakan apa,” terangnya.
Amsir (45), warga Desa Wancimekar, yang merupakan opang Lancamanyar menambahkan, pendapatan mulai berkurang semenjak ada ojol. “Mulai sepi penumpang, dari tahun 2017 sampai sekarang. Kalau tahun sebelumnya cukup lumayan ramai, pendapatan perhari bisa mencapai Rp 100 sampai 150. Sekarang mah, dapat Rp50 ribu juga susah,” terangnya.
Menurutnya, agar bisa bisa mendapatkan penghasilan, tentu harus beralih ke ojol. “Karena persyaratannya ribet, harus ada ini itu. Tentu harus mengeluarkan modal yang banyak, apalagi kalau tidak punya HP android harus beli dulu. Kalau ada yang memfasilitasi, pastinya kami beralih ke ojol dengan mangkal di opang. Sekarang, paling saya cuma memberikan nomor HP aja ke penumpang. Lumayan, kalau ada panggilan buat nambah penghasilan,” pungkasnya. (acu)