Uncategorized

Perajin Perahu Butuh Modal

CILAMAYA WETAN, RAKA – Memiliki keahlian jika tidak dibarengi dengan modal yang mumpuni dan sempitnya jejaring, dipastikan terseok-seok menjalani bisnisnya.

Seperti yang dialami perajin perahu tradisional di Dusun Tangkolak, Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan, Tasmin (42). Padahal, dia sudah merakit dan membentuk kayu jati jadi perahu sejak 1980-an.
“Kalau ada modal mah saya mau bikin tiap hari. Kalau sekarang kita buat perahu hanya menunggu pesanan saja, kalau tak ada yang pesen ya nganggur. Paling kembali lagi ke laut untuk berlayar,” ujar Tasmin kepada Radar Karawang.

Menurutnya, perajin yang mempunyai modal akan terus memproduksi perahu. Saat ini, perahu tradisional masih menjadi primadona para nelayan sebagai penunjang pekerjaannya. Perahu jenis cengkokan buah tangannya ini, dinilai masih layak digunakan mencari ikan atau rajungan di tengah laut. “Perahu jenis cengkok ini biasa digunakan nelayan untuk mencari udang, rajungan, dan ikan pun bisa,” katanya.

Perahu yang mempunyai panjang 5,5 meter, lebar 2,2 meter, dijual Rp25 juta per unit. Itu belum termasuk mesin dan kelengkapan lainnya. Menurutnya harga tersebut terbilang murah, karena kayu yang digunakan adalah jati yang bisa bertahan kurang lebih 12 tahun di lautan. “Kalau mau pesen perahu full set sama mesin, kisaran Rp35 jutaan,” ucapnya.

Meski perahu motor sudah ada, perajin perahu tradisional ingin meyakinkan nelayan setempat, jika perahu tradisional dinilai lebih layak digunakan untuk melaut. Terlebih dengan perbedaan harga perahu motor yang terlampau jauh. Lebih lanjut, kata Tasmin, perajin perahu tradisional bukan hanya di Dusun Tengkolak ini saja, ada juga dari Pasirputih, Ciparage, dan pantai lainnya. “Ini juga perahu pesanan orang Indramayu,” ujarnya.

Proses pembuatan dalam menyelesaikan satu unit perahu tradisional jenis cengkok membutuhkan waktu 1,5 bulan, itu pun tergantung cuaca. Jika cuaca tak mendukung, proses pekerjaan bisa lebih lambat. “Untuk satu tahun bisa lah menghasilkan 10 unit perahu tradisional,” pungkasnya. (rok)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button