Prostitusi Online tak Terkontrol
KOTABARU, RAKA – Praktik prostitusi online sampai saat ini masih terjadi dan cenderung tidak terkontrol. Penjaja seks menawarkan jasanya melalui aplikasi media sosial, sehingga tak mudah diketahui.
Salah seorang pekerja seks komersial (PSK) di Kecamatan Kotabaru, yang enggan disebutkan namanya menuturkan, sulitnya mencari pekerjaan, membuat ia memilih jalan pintas meski dianggap tidak pantas. “Siapa yang mau jadi wanita panggilan, kalau bukan karena faktor ekonomi,” ujarnya, kepada Radar Karawang, Senin (19/8).
Perempuan berusia 21 tahun ini, sebetulnya tidak mau mengorbankan harga diri, ditiduri oleh lelaki hidung belang. “Apa boleh buat, karena dilahirkan dari keluarga tidak mampu. Apalagi punya adik yang masih sekolah, tentu pilihan aku ini ingin membantu beban orang tua,” ungkapnya.
Perempuan anak pertama dari tiga bersaudara ini mengaku, untuk mencari konsumen menggunakan aplikasi MiChat dan jaringan teman. “Jika sesuai dengan tarif yang ditawarkan, pasti saya layani. Biasanya, sekali melayani Rp300 ribu sampai Rp700 ribu, itu belum termasuk sewa kamar,” akunya.
Masih dikatakannya, profesi itu tentu akan ditinggalkan, jika sudah mempunyai pekerjaan lain. “Jika sudah kerja di pabrik, tentu profesi ini akan aku tinggalkan. Soalnya, aku juga ingin jadi orang benar, mencari uang dengan cara halal,” tuturnya.
Sementara itu, Kasie Trantib Kotabaru Diding Haryadi mengatakan, belum mengetahui tentang adanya prostitusi online, karena hal itu berkaitan dengan pelanggaran IT. “Jika benar-benar ada, kita akan bergerak sama Polsek,” pungkasnya. (acu)