Sampah TPSS Telukjambe Meluber
MELUBER: Seorang pengendara motor bersama anaknya melintasi TPSS Dusun Sukagalih, Desa Telukjambe, Kecamatan Telukjambe Timur, kemarin. Lokasi pembuangan sampah sementara itu terlihat kumuh karena sampah meluber ke jalan dan hanya ditutupi oleh terpal.
Diangkut Empat Hari Sekali
TELUKJAMBE TIMUR, RAKA – Warga Desa Telukjambe, Kecamatan Telukjambe Timur, mengeluhkan keberadaan tempat penampungan sampah sementara (TPSS) yang tidak tertata rapih, membuat sampah meluber ke jalan. Diantaranya TPSS di Jalan Sukagalih yang hanya menggunakan terpal sebagai pembatas. “Jelas keganggu lah, ya bau, merusak pemandangan juga,” keluh warga setempat, Toni (39) kepada Radar Karawang, Kamis (14/11).
Toni mengatakan, sampah warga di lingkungannya diangkut menggunakan gerobak dari setiap rumah, dan ditampung di TPSS tersebut. Namun tak sedikit pula warga luar yang membuang sampah ke TPSS, hingga volume sampah terlalu banyak. Penuturannya, TPSS tersebut sempat dibongkar hinga akhirnya warga membuang sampah sembarangan di pingir jalan. Ia juga mengeluhkan truk pengangkut sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang yang hanya datang setiap empat hari sekali. “Ya bagusnya dibuatkan tempat khusus, kalau di sini kan dekat posyandu baru, posyandu seharusnya steril,” ujarnya.
Keluhan juga diutarakan oleh Kartasi (50) warga Dusun Sukamukti yang tidak nyaman dengan TPSS, karena sampah dibiarkan begitu saja di pinggir jalan tanpa adanya bak sampah. Ia mengatakan, warga sekitar membayar iuran Rp20 ribu per bulan kepada RT setempat untuk pengelolaan sampah, namun desa tak kunjung membuat bak sampah yang layak sebagai TPSS. Sampah-sampah yang menumpuk tanpa bak itu dikhawatirkan terbawa air jika turun hujan. “Ya inginnya dibikinin bak sampah, biar rapi gitu kelihatannya,” harapnya.
Menanggapi keluhan warga, Kepala Desa Telukjambe Uji mengatakan, tidak ada masalah mengenai TPSS di desanya. Permasalahan justru ada pada DLHK yang hanya mengirimkan truk sampah tiga atau empat hari sekali. Truk itupun hanya mengangkut separuh sampah dari TPSS, hingga akhirnya semakin hari sampah yang ada semakin menumpuk. “Maaf saja nih, kalau misalkan truk sampah datang seiap hari, sampah yang diangkut itu semuanya, itu sampah di TPSS tidak akan menumpuk seperti itu,” bebernya.
Menurutnya, penanganan sampah di desanya telah cukup baik dengan pengangkutan harian dari tiap rumah warga, menggunakan gerobak untuk ditampung di setiap titik TPSS di masing-masing dusun. Ia mengakui jumlah penduduk di desanya terbilang padat, hingga menimbulkan volume sampah yang tinggi. Seharusnya DLHK bisa membaca situasi tersebut dan bisa menyesuaikan antara volume sampah dengan pengangkutan. “Rutinitas pengangkutan sampah di masyarakat jelas, tapi walaupun bagaimana juga tetap itu pemda kewalahan, karena bawa monil kosong dari kantor ke titik-titik disini itu (angkut) setengahnya, belum penuh (lanjut) ambbil dari titik lain, apakah selesai sampah seperti itu? yang jelas tidak. Inilah yang menjadi kelemahan-kelemahan dinas,” paparnya.
Dia bersyukur dalam beberapa bulan ini Satgas Citarum Harum kerap mengajak warga untuk bekerja sama mengangkut sampah-sampah, yang tersisa dengan truk-truk tambahan. Meskipun program tersebut tidak menentu waktunya, setidaknya upaya tersebut dapat sedikit mambantu permasalahn sampah di desanya. Ia berharap dinas terkait dapat meningkatkan pengangkutan sampah di desanya. “Harapannya lebih ditingkatkan lah, seminggu bisa 3 sampai 4 kali, jadi tidak terlalu menumpuk di TPS,” harapnya.
Ia melanjutkan, sempat membuat TPSS permanen di beberapa lokasi, namun masyarakat sekitar menolak dan membongkar karena merasa lingkungannya menjadi kumuh. Ia juga mengakui bahwa ada intruksi dari DLHK melalui pihak kecamatan bahwa setiap desa harus menyediakan lahan kosong seluas 300 meter, bahkan lebih untuk penanganan sampah. Hanya saja di Desa Telukjambe ini sudah terlalu padat penduduknya, dan tidak memiliki lahan seluas yang diminta. Satu-satunya opsi lahan adalah milik Perum Jasa Tirta (PJT) di tepi sungai Citarum. “Justru Citarum saat ini kan ditangani serius oleh petugas, mas iya sih kita simpan sampah di situ. kembali lagi ke masyarakat kalau tidak ada ada kesadaran tinggi akhirnya Citarum bermasalah,” pungkasnya. (cr5)