Sawah Lemahabang Kekurangan Air
SUDAH TANAM : Kondisi areal sawah di wilayah Kecamatan Lemahabang Wadas sudah ditanami padi. Namun, sawah tersebut kerap kekurangan air karena pasokan air yang tidak sampai.
LEMAHABANG, RAKA – Saat petani desa di Kecamatan Cilamaya Wetan sibuk benahi rumah dan pesawahan mereka paska banjir. Pemandangan berbeda terlihat di Kecamatan Lemahabang. Justru beberapa pesawahan di Kecamatan Lemahabang kekurangan air.
Diketahui, sekitar 150 hektare sawah di Dusun Tanjungsari, KW 8 Desa Pulojaya, Kecamatan Lemahabang, sedang kekurangan air. Mereka, mengeluhkan tanaman yang baru disemai dan tandur digolongan air 1, justru kekurangan air.
Dikatakan ketua Kelompok Tani Tirtajaya, Desa Pulojaya, Kecamatan Lemahabang Karma, hampir 150 hektare sawah di musim semai dan tandur kurang air. Irigasi di KW 8 Tanjungsari surut selama sepekan terkahir, sehingga usia tanaman yang baru 1-10 hari tandur kekurangan air.
Bahkan, kalau sampai sepekan terakhir ini air tetap tidak kunjung ada, tananman padi petani Kecamatan Lemahabang terancam gagal tanam, menguning daun-daunnya dan mati. “Banyak yang pompa air di Irigasi KW 8 ini, karena memang petani sangat butuh air,” katanya.
Lebih lanjut, ia mengaku, sudah berkoordinasi dengan Waker, ulu-ulu hingga PJT, namun sampai saat ini air masih juga belum datang. Ditambah, hujan pun belum turun lagi, di sisi lain saluran air di irigasi belum bisa memenuhi kenutuhan petani.
Untuk itu, ia berharap, pihak PJT bisa antisipasi lebih jauh ancaman kekurangan air ini, agar para petani di golongan air 1 bisa lancar persemaian dan juga tandur.
Sementara menurut Kepala PJT II Seksi Telagasari Dudung mengatakan, sesuai dengan hasil rapat, sekarang ini memang harus menahan air untuk menjaga TMA. Namun di sisi lain, petani banyak yang meminta tolong agar bisa diantisipasi.
Ia hanya bisa berharap, hujan bisa turun lagi. Atau pun soslusi lainnya pihaknya akan mencoba berkoordinasi penambahannya dari Bendungan Curug. Mengingat, saran agar harus menahan air itu didasari dari TMA waduk di Jatiluhur baru 91, masih jauh untuk normal di TMA 114. “Tampungan air waduk Jatiluhur itu, tergantung dari pengeluaran air dari 2 waduk di hulunya yaitu waduk Saguling dan Cirata,” pungkasnya. (rok)