Tempat Ngaji Sudah tak Memadai
![](https://sp-ao.shortpixel.ai/client/to_auto,q_glossy,ret_img,w_780,h_470/https://radarkarawang.id/wp-content/uploads/2020/07/HL-75.jpg)
TAK CUKUP: Santri Pondok Pesantren Mansyaul Huda terpaksa harus berlajar sambil berdesak-desakan.
Santri Mansyaul Huda Belajar Sambil Berdesakan
RENGASDENGKLOK, RAKA – Puluhan murid ngaji di Pondok Pesantren Mansyaul Huda di Dusun Polosari, Desa Kalangsuria, Kecamatan Rengasdengklok rela berdesakan untuk belajar membaca Alquran dan kitab kuning, karena fasilitas pondok pesantren belum memadai.
Eka Ayi Hardiana, guru ngaji di Pondok Pesantren Mansyaul Huda mengatakan, kegiatan menimba ilmu agama secara berdesak-desakan ini sudah berlangsung sekitar satu tahun. Walau dengan kondisi apa adanya ini, pihaknya tetap tidak menyurutkan semangat untuk memanfaatkan ilmunya. “Kalau sekarang tempat ngajinya dibagi dua, ada yang di dalam rumah sama yang di saung ini,” jelasnya, kepada Radar Karawang, Minggu (19/7).
Sejak awal mula mengajar ngaji tahun 2018 lalu, Eka hanya memiliki tiga anak didik, itupun anak-anak dari saudaranya yang ingin belajar membaca Alquran. Seiring berjalannya waktu, jumlah muridnya pun bertambah hingga saat ini sudah lebih dari 70 santri.
Menurut Eka, alumni Pondok Pesantren Miftahul Huda itu, yang belajar mengaji di Pondok Pesantren Mansyaul Huda ini bukan hanya anak-anak, melainkan ada juga dari para pemuda. Dengan jumlah murid yang sudah di atas 50 orang ini, Eka berupaya untuk membangun asmara guna tempat tidur santri dan hal itu juga atas dorongan dari masyarakat setempat. “Pembangunan asrama baru pondasi, ini juga berkat bantuan dari masyarakat,” katanya saat ditemui di kediamannya.
Lebih lanjut kata dia, sampai saat ini pembangunan asrama masih mengandalkan bantuan dari masyarakat. Eka optimis pembangunan ini akan rampung sesuai harapan walupun belum dapat dipastikan waktunya.
Setiap hari, tambah pria yang masih berusia 27 tahun ini, tidak kurang dari empat kali jadwal mengaji yaitu pagi, setelah Ashar, habis Magrib, dan bakda Isya. “Kebanyakan santri di sini warga setempat, walaupun ada juga yang dari luar dusun ini,” pungkasnya. (mra)