Teror Flu Tulang di Musim Hujan
PENGASAPAN: Seorang petugas fogging melakukan pengasapan ke rumah-rumah warga di Desa Cintawargi, Kecamatan Tegalwaru, kemarin. Hal ini dilakukan karena banyak penderita chikungunya di desa tersebut.
PANGKALAN, RAKA – Beberapa hari ini Karawang dihebohkan dengan kasus chikungunya atau flu tulang yang menjangkit beberapa warga di Desa Cintawargi, Kecamatan Tegalwaru.
Menanggapi hal itu, Bubun Bunyamin, dokter Puskesmas Loji menghimbau masyarakat untuk mewaspadai dan mencegah terjadinya penyakit tersebut di lingkungan. “Penyakit itu hampir sama pada awalnya dari gigitan nyamuk yang sama dengan penyebab demam berdarah (aedes aegypti), cuma dia gigitannya melalui jentik nyamuk,” terangnya kepada Radar Karawang, kemarin.
Ia menjelaskan yang menjadi perbedaan adalah dalam kasus demam berdarah, virus menyerang trombosit darah hingga trombosit tersebut turun. Sedangkan dalam kasus chikungunya hal itu tidak terjadi, gejala yang dirasakan akan sama dengan gejala demam lainnya yakni suhu badan yang tinggi disertai batuk dan pilek. Hanya saja chikungunya ini menyerang seluruh persendian tubuh dengan gejala linu, yang menyebabkan susah untuk bergerak, berjalan atau sekadar berdiri. “Seperti lumpuh mendadak, ciri khasnya itu,” terangnya.
Dalam kasus chikungunya, kulit pasien ditemukan ruam merah dan bintik merah bekas gigitan nyamuk. Gelaja tersebut sebetulnya dapat sembuh dengan sendirinya, namun lamanya waktu pemulihan tergantung daya tahan tubuh penderita, pola makan, dan intesitas istirahat. Meski demikian tetap diperlukan minum obat teratur untuk mempercepat pemulihan tersebut.
Gejala chikungunya biasanya dirasakan pasien selama tiga sampai tujuh hari, setelah itu akan berangsur pulih dan stabil. Masyarakat jangan terlalu khawatir, sebab sejauh ini belum ditemukan kasus chikungunya yang menyebabkan kematian. Meski demikian tetap harus diantisipasi karena jika dibiarkan kemungkinan terburuk tersebut bisa saja terjadi. “Penyakit ini tidak mengenal usia penderitanya, usia berapapun baik itu anak-anak, remaja, atau dewasa rentan terjangkit chikungunya,” katanya.
Ia menerangkan, chikungunya disebebakan oleh lingkungan yang tidak sehat, seperti banyaknya tumpukan sampah dan saluran air yang tergenang, sehingga menjadi tempat yang nyaman bagi nyamuk untuk bersarang. Karena itulah dalam upaya pencegahan masyarakat mesti rajin membersihkan lingkungan serta melaksanakan 3M, yakni memguras dan menutup tempat penampungan air, serta mengubur barang barang-barang yang bisa menampung air seperti kaleng bekas. “Terus jangan ada genangan air dan tumpukan pakaian yang bisa jadi sarang nyamuk,” pesannya.
Selain menjaga lingkungan, dia juga menghimbau masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan tubuhnya, dengan menjaga pola makan dan asupan gizi yang baik. Masyarakat juga dihimbau untuk lebih rajin berolahraga, dan mengurangi aktifitas bergadang agar mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Memasuki musim hujan, masyarakat agar lebih waspada karena mungkin akan lebih banyak sarang nyamuk dari genangan air. “Kita harus lebih hati-hati, lebih menjaga, lebih memperhatikan diri kita masing-masing. Sebenarnya dokter yang paling utama itu, ya diri kita sendiri yang paling tahu kondisi tubuh kita,” pungkasnya. (cr5)