Teror Tuberculosis
41 Warga Cilamaya Sakit Paru-paru
CILAMAYA WETAN, RAKA – Kabupaten Karawang menjadi penyumbang penyakit tuberculosis (TB) terbanyak se-Jawa Barat. Menyikapi hal itu, Seksi Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Unit Pelaksana Tekhnis Daerah (UPTD) Puskesmas Cilamaya gencar melakukan sosialisasi bahaya TB.
Di minggon Desa Cikalong, Rabu (21/8) kemarin, Seksi P2M UPTD Puskesmas Cilamaya Novi Fahleni menjelaskan bahaya dan cara pemberantasan penyakit tersebut. Karena menurutnya, jika penyakit ini tak segera diatasi, si penderita harus rutin mengkonsumsi obat selama enam bulan tanpa jeda.
Dari data yang tercatat, tahun 2019 pengidap TB di Cilamaya mencapai 41 jiwa. Bahkan, dua diantaranya dinyatakan positif Multi-drug Resistant Tuberculosis (TB-MDR) atau resistent obat TB.
“Salah satu ciri pengidap penyakit TB diantaranya jika seseorang sudah mengalami gejala mudah lelah, lemah, letih, lemas dan lesu, ditambah dengan batuk terus menerus hingga mengeluarkan darah,” ucapnya.
Lebih lanjut, pada umumnya pengidap TB-MDR mengalami gejala yang sama dengan penyakit TB biasa. Dan masyarakat perlu mengetahui sejak awal, agar dapat mencegahnya sejak dini. “Jika salah satu masyarakat terlanjur tertular, dia mengimbau agar si penderita langsung berobat ke puskesmas terdekat. Karena obat TB jenis pertama hanya bisa didapatkan di puskesmas,” ucapnya.
Namun, apabila sudah resistent obat TB, kemungkinan besar pengidap tersebut harus mengkonsumi obat TB seumur hidupnya.
Kepala Desa Cikalong Lili Hermanto mengatakan, pengidap penyakit ini sulit dideteksi diantara masyarakat. Karena mungkin mereka malu untuk berobat ke puskesmas. Terang saja hal tersebut membuat pemerintah desa kesulitan mendata warga yang terjangkit penyakit TB. “Kalau gak parah-parah banget, jarang ada yang mau berobat ke puskesmas, mungkin malu atau gimana,” pungkasnya. (rok)