Vaksin Anak Syarat Bisa Ikut PTM
KARAWANG, RAKA – Pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah akan kembali dilaksanakan di Februari ini. Syaratnya, peserta didik harus sudah divaksin. Bagi peserta didik yang belum divaksin tidak bisa mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah. Orang tua siswa harus mengambil sendiri tugas untuk anaknya ke sekolah dan membuat surat penyataan berkeberatan anaknya divaksin.
Salah satu orang tua siswa di SDN Wancimekar 1 merasa keberatan dengan syarat tersebut. Dirinya merasa tidak adil jika anaknya harus belajar di rumah karena tidak divaksin sedangkan siswa lainnya PTM. Selain itu, ia juga keberatan jika harus membuat surat pernyataan yang diberikan oleh sekolah dengan isi pernyataan bahwa dia sebagai orang tua berkebaratan anaknya divaksin. “Saya yang awam juga sepintas takut nanti disalahkan dengan surat pernyataan itu. Karena kalimatnya seolah-olah saya gak mau anak saya divaksin. Ya, saya gak mau bikin surat pernyataannya, karena bukan tidak mengizinkan untuk vaksin tapi anaknya yang tidak mau,” kata dia, yang meminta namanya tidak disebutkan.
Menurutnya, belum divaksinnya anak ketiganya itu, bukan karena ia tidak mendukung program vaksinasi dari pemerintah. Tetapi karena sulitnya mengajak anaknya itu untuk divaksin karena saking takutnya dengan jarum disuntik. “Saya sudah vaksin, anak saya yang SMP juga sudah vaksin. Tinggal satu yang masih SD saya bingung harus gimana,” ungkapnya.
Padahal, kata dia, sudah berbagai cara dilakukan agar anaknya yang baru duduk dibangku kelas 2 SD itu mau untuk divaksin. Tetapi karena saking takutnya si anak terhadap jarum suntik, ia juga bingung harus bagaimana cara membujuknya. Dengan dijanjikan dibelikan sepeda baru yang saat ini sedang diinginkannya, si anak tetap saja belum mau divaksin. Bahkan saat ditakuti tidak akan dikasih uang jajan, anaknya memilih tidak mendapatkan uang jajan selama seharian dibanding harus divaksin.
“Sudah beberapa kali dibawa ke tempat vaksin juga susah, ngamuk. Daripada divaksin dia mah mending milih gak dikasih jajan, kuat seharian gak jajan dan gak main handphone,” ujarnya.
Untuk itu, menjelang dimulai lagi PTM di sekolah, ia berharap pihak sekolah melalui guru barangkali bisa membujuk agar anaknya mau untuk divaksin. “Kalau sama guru barangkali lebih bisa membujuk biar anak mau divaksin. Kalau bikin pernyataa keberatan vaksin saya gak mau karena saya gak keberatan, bahkan udah sangat berupaya,” ucapnya.
Saat dikonfirmasi mengenai keharusan vaksin untuk memulai PTM, Kepala SDN Wancimekar 1 Endi belum bisa memberikan komentar ketika dikonfirmasi.
Terpisah Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar Disdikpora Karawang Yani Heriyani mengatakan, pelaksanaan PTM pada awal Februari masih belum 100 persen. Melainkan PTM terbatas. Saat itu, digemborkan keharusan vaksin untuk syarat PTM, merupakan salah satu upaya agar tingkat vaksin 6 sampai 11 tahun ini tinggi. “Hasilnya memang cukup bagus, capaian vaksin tinggi. Tapi kalau yang gak vaksin gak bisa PTM kesannya terlalu gimana ya. Yang jelas PTM masih terbatas,” ujarnya.
Dikatakan Yani, capaian vaksin anak usia 6 sampai 11 sudah cukup tinggi dan mencapai sekitar 90 persen pelajar. Adanya yang belum divaksin itu karena ada beberapa anak yang memang punya riwayat penyakit sehingga belum bisa divaksin. “Sebelumnya juga dilakukan upaya agar anak pada mau vaksin dengan mendatangkan robot-robotan, bandut atau fasilitas bermain lain di tempat vaksin,” tambahnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Karawang Yayuk Sri Rahayu menyebutkan, vaksinasi untuk usia 6 sampai 11 tahun tidak lebih sulit dibandingkan lansia. Sampai 1 Februari 2022 capaian vaksin untuk untuk anak-anak sudah diangka 216.558 atau 90,37 persen. Sedangkan lansia 97.301 atau 63 persen. “Anak yang belum divaksin terus saja dibujuk dan dirayu. Sebetulnya lebih sulit lansia. Kalau anak sudah jelas ada di sekola,” ujarnya. (nce)