
KARAWANG, RAKA – Di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, banjir sudah menjadi bagian hidup yang tak diinginkan. Hujan yang bagi sebagian orang membawa kesejukan, bagi warga di sini justru berarti ancaman.
Dalam setahun, air bisa naik sampai belasan bahkan puluhan kali, menenggelamkan rumah, merusak sawah, dan menguras tenaga warga untuk sekadar bertahan.
Di tengah penderitaan itu, ada satu janji yang terus diingat warga, pembangunan rumah panggung oleh Gubernur Jawa Barat yang sampai saat ini belum terealisasi.
Hunian yang dirancang untuk berdiri di atas tiang-tiang kokoh, agar lantainya jauh dari jangkauan banjir. Sebuah solusi yang bagi Karangligar, terdengar seperti pintu keluar dari lingkaran derita puluhan tahun.
Kepala Desa Karangligar, Ersim, mengingat betul momen ketika janji itu disampaikan, sesaat Gubernur Jawa Barat menyambangi warga.
“Dulu katanya mau dibangun seribu rumah panggung. Tapi sekarang hanya 500 unit, dan tahap awalnya untuk Dusun Kampek sebagai percontohan 20 rumah dulu,” ujarnya.
Meski jumlahnya berkurang, ia tetap berharap pelaksanaannya tidak lagi tertunda.
“Kami sudah dipanggil ke Purwakarta, ketemu langsung dengan pihak KDM (Gubernur Jabar). Bahkan Eiger juga sudah siap bantu lewat dana CSR. Tinggal tunggu waktu pelaksanaan. Mudah-mudahan minggu-minggu ini sudah mulai,” kata Ersim dengan nada optimis bercampur cemas.
Dusun Kampek memang layak menjadi prioritas. Wilayah ini adalah salah satu titik banjir terparah. Air datang cepat, surut lambat, dan sering bertahan hingga sebulan penuh.
Rumah panggung diyakini akan menjadi pelindung, bukan hanya dari banjir, tapi juga dari rasa was-was setiap kali awan gelap menggantung di langit.
Bagi warga Karangligar, janji gubernur ini bukan sekadar program infrastruktur. Ia adalah janji untuk mengembalikan rasa aman, untuk membiarkan anak-anak tidur nyenyak tanpa takut air merayap ke kasur mereka, dan untuk memberi kesempatan kepada petani menggarap sawah tanpa dihantui kegagalan panen akibat genangan.
Namun, waktu terus berjalan, dan janji itu belum sepenuhnya menjadi kenyataan. Di Karangligar, warga masih menatap setiap tetes hujan dengan doa agar kali ini, air tak terlalu tinggi, dan agar janji rumah panggung Gubernur Jawa Barat benar-benar segera berdiri di tanah mereka.
“Kalau rumah aman, setidaknya satu beban hilang,” pungkas Onih (53) salah satu warga Desa Kampek.(uty)