Warga Ngadu ke Ganjar, Mau Kerja Harus Pakai Uang Pelicin
KARAWANG, RAKA- Calon presiden Ganjar Pranowo melakukan kampanye di Karawang. Ganjar berkunjung ke sejumlah tempat dan menyerap aspirasi dari masyarakat. Salah satunya, warga mengeluhkan sulitnya mencari pekerjaan di Karawang. Bahkan, calon tenaga kerja harus membayar uang pelicin agar bisa bekerja.
Dalam kunjungannya ke Karawang, Ganjar Pranowo janjikan anak-anak muda untuk berkerja tidak harus mengeluarkan uang, yang terpenting memiliki keterampilan, untuk mendapatkan keterampilan mereka harus sekolah dan diberikan internet gratis untuk mengakses pengetahuan secara digital. Ganjar mengatakan, Karawang merupakan salah kota yang mengalami kemajuan tinggi menuju suasana perkotaan. Waktu dirinya kecil produksi besar di Karawang sangat baik, namun saat ini sedang berpacu, imigrasi banyak, orang luar ke Karawang ingin bekerja sehingga kompetisi semakin ketat, sehingga fasilitas umumnya semakin meriah dan megah. “Kemarin saya bertemu dengan anak-anak muda di Bekasi dan yang hari ini ada di Karawang yang protes, kenapa ya cari kerjanya susah padahal saya di sini. Mereka mengeluhkan kalau mau masuk harus bayar lima juta, delapan juta dengan menyogok seperti itu, maka jalurnya kita perbaiki, kamu bisa masuk tanpa harus membayar kalau kamu punya keterampilan dan keterampilan ini sekolah,” katanya saat berkunjung ke Karawang, Jumat (15/12).
Persoalan tersebut, menjadi perhatian Ganjar. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan ketenagakerjaan ini, akses pendidikannya harus baik, dan fasilitas dari pemerintah agar anak-anak terhubung dengan perusahaan dan industrinya. “Ya meraka bisa masuk. Orang yang yang paling dekat itu mendapatkan akses yang paling pertama tapi bapak ibu kompetisi dan kontestasinya semakin ketat, maka tanpa keterampilan dan ilmu yang baik tidak dapat diperoleh, maka kita harus mendorong, menyemangati saudara kita agar dia bisa, bersungguh-sungguh, karena ini masih depan kita,” terangnya.
Selain itu, Ganjar menjelaskan, di era teknologi saat ini segala sesuatu menjadi lebih mudah karena serba online, pengguna internet di Indonesia kini jumlahnya sangat tinggi. Walaupun banyak kemudahan yang diberikan oleh teknologi digital, tentu ada sisi-sisi yang berdampak kurang baik dari digitalisasi.
“Sekarang teknologi suda maju, kita senang menikmati kemudahan-kemudahan, tapi pada sisi lain berpengaruh, tiba-tiba orang yang jualan di pasar sepi karena keranjang belanja jadi online. Orang Indonesia itu akses internetnya tinggi sekali. Saya tanya anak-anak muda, rata-rata 7 jam sehari bahkan lebih. Apa yang terjadi? Belanja untuk membeli paket data jadi tinggi,” terangnya.
Katanya, sisi positif internet memudahkan siapapun termasuk anak muda Indonesia untuk mengakses pengetahuan secara digital, tanpa batas waktu. Dia memperhitungkan ketika terpilih menjadi presiden nanti, dirinya akan memberikan akses internet gratis untuk ruang pendidikan seperti sekolah.
“Kemarin kita hitung-hitung, oh iya sekolah itu nanti kita kasih akses internet gratis saja. Tapi orang tua titip untuk mendampingi agar mereka tidak mengakses sesuatu yang tidak dibutuhkan. Berikutnya, negara melalui pemerintah yang akan mengawal semua itu,” katanya.
Lanjutnya, bagaimanapun negara harus mengawal warga negaranya untuk menggunakan akses internet secara bijak. Dia mengajak kepada masyarakat untuk berhati-hati terhadap tawaran-tawaran di internet yang menjerumuskan seperti judi online atau pinjaman online. “Ojek boleh online, jualannya boleh online, tapi judi online gak boleh, termasuk pinjol,” tegasnya.
Menurutnya, berhubung sudah banyak masyarakat yang terjerat kasus judi dan pinjaman online, solusinya adalah mengedukasi masyarakat untuk memahami literasi keuangan. “Masyarakat yang pertama harus diedukasi, judi online harus disikat, edukasi kepada masyarakat agar mereka bisa memahami literasi keuangan sehingga kita bisa mengarahkan kepada lembaga keuangan yang kredibel, Inilah ruang pendidikan yang pertama harus (diedukasi), agar mereka tidak mudah tergoda tawaran-tawaran. Karena nanti itulah yang buat mereka merugi, jadi pendidikan literasi keuangan memang perlu dilakukan,” tutupnya. (zal)