Wisata Religi Butuh Sentuhan
BUTUH SENTUHAN: Makam KH Tubagus Ahmad Bakri bin KH Tubagus Syeda bin KH Tubagus Arsyad yang berada di Desa Sempur, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, selalu dikunjungi peziarah dari berbagai daerah, bahkan hingga dari luar Purwakarta. Makam Mama Sempur selalu dipadati pengunjung siang maupun malam.
PURWAKARTA, RAKA – Selain dikenal dengan tempat wisata alam, budaya, hingga kuliner khasnya, Purwakarta juga memiliki sejumlah tempat wisata religi yang dapat menjadi rekomendasi bagi wisatawan saat berkunjung ke salah satu kabupaten terkecil di Jawa Barat tersebut.
Sejumlah tempat religi yang tersebar di sejumlah daerah tersebut memiliki nilai sejarah seperti perjuangan melawan penjajah hingga awal mula penyebaran agama Islam. Maka tak jarang tempat-tempat tersebut hingga kini banyak dikunjungi wisatawan di waktu-waktu tertentunya.
Keberadaan lokasi wisata ziarah ini diakui Kepala Disporaparbud Purwakarta Agus Hasan Saepudin. Bahkan dia mencontohkan Masjid Agung Baing Yusup yang berada di Komplek Pemda Purwakarta. Dikatakannya, di sekitar Masjid itu terdapat makam Syekh Baing Yusuf yang merupakan salah satu tokoh sejarah yang menyebarkan Islam di Purwakarta. “Beliau merupakan guru dari Syekh Nawawi Al-Bantani, ulama Indonesia yang menjadi imam di Masjidil Haram Mekah,” ungkapnya, Sabtu (2/10).
Tempat wisata religi lainnya yang jadi rekomendasi, Makam Eyang Pandita yang terletak di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta. Tepatnya di Kawasan Desa Wisata Kampung Tajur, berdekatan dengan Curug Panembahan.
Oleh masyarakat setempat Eyang Pandita dipercaya sebagai sesepuh Desa Pasanggrahan dan salah satu leluhur masyarakat di sekitarnya. “Keunikan dari makam ini adalah lokasinya yang berada di atas bukit, sehingga dapat terlihat pemandangan Gunung Burangrang, area pesawahan, perkebunan sayur warga dan kawasan hutan,” katanya.
Lalu, Makam KH Tubagus Ahmad Bakri bin KH Tubagus Syeda bin KH Tubagus Arsyad yang berada di Desa Sempur, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta atau akrab disebut Mama Sempur. Mama Sempur adalah salah satu tokoh muslim di Purwakarta yang turut menyebarkan agama Islam pada zamannya serta mendapat garis layak dari Keraton Banten (Istana Banten). Hal itu diambil dari garis layak KH Tubagus Arsyad yang merupakan keturunan langsung dari Keraton Banten.
Diakhir setiap bulan Dzulqaidah, tempat itu selalu melaksanakan haul yaitu sebuah momen untuk mengingat wafatnya Mama Sempur. “Hingga saat ini setiap peringatan wafat Mama Sempur banyak para peziarah yang datang dari berbagai daerah, bahkan tidak sedikit pula dari luar provinsi. “Warga sekitar mendapat berkah dari peringatan haul Mama Sempur karena lahan milik mereka disewa untuk lapak berjualan kepada para pedagang di sekitar makam,” jelasnya.
Kemudian, tempat wisata religi yang tak kalah menarik untuk dikunjungi ialah Makam Eyang Gandasoli yang berada di Desa Mekarsari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta. Berkaitan dengan nama Gandasoli, konon sekitar Tahun 1628 datang seorang panglima tentara Mataram bernama Raden Surya Sumadita Angga Yuda atau kini akrab disapa Eyang Dalem Gandasoli dengan sejumlah orang-orang terdekatnya seperti, Mbah Balung Tunggal, Mbah Jaksa dan lainnya.
Beserta Pasukannya, Eyang Dalem Gandasoli saat itu sedang dalam perjalanan untuk menggempur tentara VOC yang berada di Batavia. Sebelum sampai ke tujuan Dalem Gandasoli bersama pasukannya sempat singgah di suatu tempat yang bernama Lembur Kolot (dulu masuk Desa Gandasoli, sekarang masuk Desa Mekarsari) yang secara langsung berdekatan dengan aliran sungai Citarum dan menjadi jalur alternatif satu- satunya untuk sampai menuju Batavia.
“Diketahui, Eyang Dalem Gandasoli meninggal sekitar tahun 1713. Peralatan dan bajunya sampai saat ini masih ada dan disimpan oleh warga setempat,” pungkasnya. (gan)