Ziarah Kubur Saat Idul Fitri Juga Menjadi Momen Silaturahmi Keluarga
Radarkarawang.id – Ziarah kubur atau nyekar menjadi salah satu tradisi umat muslim saat hari raya idul fitri. Tempat Pemakaman Umum (TPU) atau pemakaman keluarga akan dipadati oleh peziarah yang hendak berziarah di area pemakaman untuk mendoakan orangtua atau saudara yang telah meninggal dunia. Seperti yang selalu dilakukan keluarga besar almarhum Bapak Wahi (Kong Wahi) bin Ahman dan Ibu Mamah binti Sab’i. Bagi keluarga Kong Wahi, ziarah kubur merupakan satu aktivitas rutin yang penting dilakukan selepas melaksanakan salat ied setiap tahunnya.
Oleh karena itu, di pemakaman keluarga yang berlokasi di Kampung Cariu Bandung RT02, RW02, anak cucu, hingga cicit dari keluarga besar akan berkumpul untuk bersama-sama melaksanakan ziarah di area pemakaman.
H. Aep Saefudin salah satu cucu Kong Wahi menuturkan, selain saling mengunjungi sesama keluarga untuk bersilaturahmi, berziarah di pemakaman keluarga juga menjadi bagian dari rutinitas keluarga besarnya saat hari raya idul fitri.
“Setelah salat ied kita pasti kumpul di sini untuk berziarah mendoakan almarhum kakek, nenek, paman dan saudara-saudara dari keluarga besar yang sudah meninggal,” ujarnya saat di pemakaman.
Menurutnya, doa dari seorang anak terhadap orangtua yang telah meninggal itu penting untuk terus dipanjatkan. Karena sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah keterangan, bahwa anak soleh yang selalu mendoakan orangtua itu, merupakan salah satu amalan yang tidak akan terputus.
“Dengan memanjatkan doa, berzikir dan membaca surah Yasin bersama tentunya ini merupakan suatu kebaikan, dan mudah-mudahan amal kebaikan ini sampai terhadap orangtua kita yang telah meninggal,” jelasnya.
Selain mendoakan para sesepuh khususnya Kong Wahi dan Ibu Mamah, lanjut dia, ziarah kubur ini juga sebagai salah satu pengingat bahwa semua manusia akan meninggal dan dikuburkan.
“Ziarah kubur ini juga untuk mengingatkan kita bahwa kita semua suatu saat pasti meninggal, maka dengan melakukan ziarah kubur ini diharapkan kita bisa terus meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT,” paparnya.
Di tempat yang sama, cucu Kong Wahi lainnya, Nanang Rosidin juga mengatakan, tradisi ziarah di makam keluarga ini harus terus dilakukan oleh keluarga besar. Karena selain berdoa untuk para orangtua yang sudah tiada, ziarah ini juga menjadi momen bagi semua keluarga besar untuk berkumpul dan bersilaturahmi.
“Meskipun saat ini ada yang tinggal di Bekasi, di Purwakarta dan di beberapa daerah lainnya, tetapi pada hari ini kita bisa kumpul dan bersilaturahmi,” ungkapnya.
Sehingga, tambah dia, meskipun beberapa tahun mendatang anak, cucu atau cicit dari keluarga besar ini tinggal di berbagai daerah yang jauh, melalui tradisi nyekar atau ziarah ini bisa dipertemukan dan tetap saling mengenal satu sama lain.
“Kita kan tidak tahu kedepan anak cucu kita masih pada tinggal di satu lingkungan atau tidak. Semisal 10 atau 20 tahun kedepan cucu saya ada yang tinggal di daerah A, atau anak, cucu dari sepupu saya di daerah B, kalau tradisi ziarah ini terus dilaksanakan kita masih akan bisa bertemu di moment ziarah ini. Sehingga sampai kapanpun tali persaudaraan dan kekeluargaan bisa tetap terjaga,” tuturnya.(nce)