Ratusan Hektare Sawah Gagal Panen
KARAWANG, RAKA – Sedikitnya 300 hektare sawah di Desa Kedungjaya, Kecamatan Cibuaya gagal panen, salah satu penyebabnya karena distribusi air kurang dan kesulitan mendapat pupuk.
Mahmur Hadi Kusyanto, Pendamping Kelompok Tani di Desa Kedungjaya menuturkan, sawah seluas 300 hektare gagal panen sejak tahun 2023. Ia menjelaskan salah satu faktor penyebab terjadinya gagal panen terletak pada distribusi air dan kesulitan dalam mendapatkan pupuk. “Kalau gagal panen itu sejak tahun 2023, biasanya kita tanam 2 kali tapi sekarang satu kali tanam aja sudah langsung gagal. Kami ini baru tanam lagi di awal Bulan Mei. Gagal panen karena cuaca El Nino, petani tidak kompak, air, di area sini susah pupuk. Air disini kurang di perhatikan oleh instansi terkait,” ujarnya, Senin (27/5).
Mahmur telah melakukan pengajuan bantuan pupuk namun dari instansi terkait malah saling lempar. “Disini tidak ada perbaikan, air itu datangnya dari kanal di Purwakarta tapi media yang menyalurkannya tidak benar dan pembagiannya tidak jelas. Kalau saat dulu pembagiannya merata. Sampai sekarang kami masih susah mendapatkan pupuk, sudah mengajukan tapi saling lempar. Kami beli nya saja susah sudah 2 musim ini. Kami beli di kios yang ada di Dusun Tegal Lambak,” tambahnya.
Ia melanjutkan panen pertama seharusnya terjadi pada bulan Desember 2023, namun hal tersebut gagal. Kemudian untuk panen ke dua akan berlangsung pada bulan Maret dan April, namun gagal kembali. Ia meminta diberikan pompa air listrik dengan ukuran 3 inc untuk mengatasi permasalahan air. “Bulan 9 tanam pertama, panen di bulan 12 tetapi tanam di bulan 12 panen di bulan 3 dan 4 namun tidak berhasil panen akibat permasalahan air serta hama. Ingin meminta bantuan pompa air listrik ukuran 3 inc, ketika ada pembagian pompa air tidak mendapatkan bantuan pompa air. Kalau di Desa Kedungjaya itu ada 800 hektar tapi yang kita kelola ada 300 hektar,” lanjutnya.
Kepala Bidang Perkebunan dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dadan Danny mengungkapkan akan menurunkan tim untuk melakukan peninjauan secara langsung keokasi. Selanjutnya akan melakukan konfirmasi kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengekolaan Pertanian. Kemudian setelah itu akan dilakukan pengajuan klaim AUTP. “Dari Bidang Perkebunan dan Perlindungan Tanaman mau ngecek apakah dari kegagalan panen tersebut salah satu akbiat Kebanjiran, Kekeringan dan serangan OPT kah, kemudian kita akan konfirmasi ke Ka. UPTD PP setempat apakah terdaftar dalam AUTP pada misim tanam tersebut, kalo terdaftar tentunya akan kami ajukan Kleam AUTP,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Nani Dwi Astuti menerangkan bahwa pengajuan bantuan bibit tanaman padi akan dilakukan sesuai dengan CPCL. Bantuan bibit itu berasal dari Kementrian Pertanian. Selanjutnya untuk distribusi bantuan akan disesuaikan dengan kecamatan yang telah mengajukan. “Pengajuan melalui poktan, dasarnya dari CPCL. Bantuan ini bersumber dari Kementrian Pertanian, namun tidak semua kecamatan melakukan pengajuan bantuan bibit untuk tahun 2024 sekarang. Pemberian bantuan sudah kita sesuaikan dengan alokasi yang diberikan dari kementrian pertanian. Distribusi bantuan akan kami lakukan sesuai dengan musim tanam,” terangnya.
Ia mengaku hingga sekarang belum terdapat pengajuan bantuan bibit padi dari Kelompok Tani yang terdapat di Kecamatan Cibuaya. Kemudian untuk jumlah bibit yang telah di distribusikan seberat 460.175 kilogram. “Untuk Kecamatan Cibuaya sekarang belum melakukan pengajuan bantuan bibit tanaman padi. Bantuan yang sudah salur seluas 18.407 hektare. Sekarang baru ada 4 kecamatan yang menerima bantuan bibit padi, masing-masing kecamatan mendapatkan bantuan bibit seberat 25 kilogram. Total bibit yang sudah disurkan 460.175 kilogram,” tutupnya. (nad)