Seminggu Dua Kali Tawuran Pelajar
RENGASDENGKLOK, RAKA- Dalam seminggu, dua kali tawuran pelajar terjadi di wilayah utara Karawang. Jika sebelumnya Rabu (16/1) orang siswa SMK terluka akibat tawuran. Jumat (18/1), gedung SMPN 1 Kutawaluya menjadi sasaran serangan siswa SMPN 1 Rengasdengklok. Bukan hanya berkonvoi, mereka yang di perkirakan berjumlah 50 motor berboncengan tersebut, di lengkapi senjata tajam coba merangsek masuk ke lingkungan SMPN 1 Kutawaluya yang saat itu sedang melaksanakan bimbel.
Satpam SMPN 1 Kutawaluya, Irfan, mengatakan, setelah Salat Jumat ia dikejutkan dengan sejumlah motor yang hendak menyerang gedung sekolahnya. Diketahui, gerombolan bermotor dan bersenjata tajam tersebut merupakan siswa SMPN 1 Rengasdengklok. “Ada sekitar 50 motoran mah, yang bikin saya marah itu, mereka coba menerobos gerbang,” tukas pria yang biasa di sapa Ifang tersebut, kepada Radar Karawang.
Menurutnya, hal tersebut sudah di luar kewajaran siswa, apalagi mereka yang masih duduk di bangku SMP. Pasalnya, ada beberapa siswa membawa senjata tajam jenis cerulit. “Kita ingin pihak sekolah yang bersangkutan lebih tegas kepada siswa agar tudak ada kejadian kedua kali. Sedangkan sanksinya, kita serahkan kepada polisi,” ucapnya.
Pasalnya, lanjut Ifang, ia juga telah melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian Sektor Rengasdengklok. Ada satu orang siswa SMPN 1 Rengasdengklok kelas 8 yang berhasil diamankan. “Saya kejar sampai jalan baru, dan melapor juga ke Polsek Rengasdengklok untuk melerai mereka agar tidak ada kejadian yang tidak diinginkan. Dan satu orang yang berhasil diamankan sudah di bawa ke Polsek Rengasdengklok,” ujarnya.
Salah seorang tukang becak yang biasa mangkal di depan gerbang SMPN 1 Kutawaluya, Awin (56), menyayangkan tingkah siswa tersebut. Pasalnya, gerombolan siswa bermotor tersebut coba merangsek masuk ke dalam lingkungan SMPN 1 Kutawaluya. Dan yang membuat ia kaget, ada siswa yang membawa cerulit. “Ada yang membawa cerulit segala, ngeri anak zaman sekarang,” ujarnya.
Salahsatu siswa MTs Al Huriyah, Mahesa, kelas 8F yang hampir menjadi korban juga turut diamankan. Ia mengaku sedang santai di tepian jalan depan sekolahnya yang kebetulan berdampingan dengan SMPN 1 Kutawaluya. Dengan mimik muka ketakutan, ia mengaku hampir jadi korban. “Saya sedang diem aja di pinggir jalan, udah jumatan mau pulang. Taunya ada yang nyerang,” katanya.
Siswa kelas 9 SMPN 1 Kutawaluya yang enggan menyebutkan namanya, mengaku sedang di dalam kelas saat kejadian tersebut berlangsung. “Tau sih ada yang nyerang, cuma saya lagi bimbel di kelas,” tuturnya.
Sementara, Kepala SMPN 1 Rengasdengklok, H Asma, mengaku setiap kali upacara selalu mengimbau agar tidak melakukan tawuran, apalagi lakukan penyerangan ke sekolah lain. Dan saat ini, pihanya sedang mencari solusi terbaik yang mendidik. “Siswa begitu saja dikeluarkan juga bukan hal baik. Orang tua, sekolah dan masyarakat harus peduli terhadap kenakalan anak,” imbuhnya.
Seharusnya, lanjut Asma, bukan hanya pihak sekolah, lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat pun ikut andil dalam mendidik. Namun pada kenyataannya, baik orang tua maupun masyarakat memasrahkan kepada pihak ssekolah. Padahal, waktu di sekolah terbatas. “Makanya jadi guru itu enak, selalu kebagian. Anak tawuran, guru kabagian nguruskeun. Anak dididik keras di sekolah, guru mah kebagian, orang tua mah suka ada yang tidak terima,” pungkasnya. (rok)