KARAWANG, RAKA – Di berbagai daerah termasuk Kabupaten Karawang, kebiasaan rokok sudah tertanam sejak dini. Saat duduk di bangku sekolah dasar, anak-anak kerap disuruh orang tua untuk membeli rokok ke warung. Di rumah hingga lingkungan masyarakat, anak-anak pun biasa melihat para orang tua menghisap rokok.
Menginjak usia remaja, rokok menjadi simbol gengsi. Mereka pun menganggap merokok adalah sesuatu yang keren, membanggakan, dan alat pergaulan. Alhasil, lambat laun muncul generasi baru pecandu rokok menggantikan generasi tua yang sudah berhenti merokok dengan berbagai sebab. Seperti kena serangan jantung, paru-paru rusak, hingga meninggal.
Selain pelajar, kebiasaan buruk menghisap rokok pun menjangkit anggota DPRD Kabupaten Karawang. Meski tahu rokok adalah biang penyakit, hal itu tidak jadi soal bagi para pecandu tembakau. Alhasil, bahaya merokok pun sudah tidak dianggap tabu lagi. Karena selain banyak sosialisasi dan imbauan ancaman merokok, kemasan di setiap produk yang mengandung zat nikotin tersebut juga terpampang jelas. Namun, tren pergaulan yang sulit terbendung, menyeret kalangan pelajar hingga anggota dewan tetap menikmati asap tembakau yang mengancam penyakit hingga kematian.
Tio Permana, pelajar kelas XII TP SMK Indonesia Mas mengatakan, dirinya sudah pernah merokok tapi tidak sering dan bukan perokok aktif. Tentu saja, hal ini dilakukan diam-diam tanpa sepengetahuan orangtua. “Awal merokok karena terbawa pergaulan sama teman, sehingga berani untuk mencoba-coba,” ujarnya kepada Radar Karawang, Kamis (7/2) kemarin.
Ia melanjutkan, sempat muncul perasaan kalau tidak merokok terasa ada yang kurang. “Melihat orang merokok itu ya kadang kepengen juga, pernah sih sesekali, tapi ya diam-diam,” ungkapnya.
Siswi lain, Regi Hidayatunnisa mengatakan, cowok perokok setampan apapun bukan jadi tipenya. Menurutnya bagaimana bisa menghargai perempuan dan keluarga, kalau dengan fisik tubuhnya sendiri mereka tidak bisa mengurusnya. Ia tahu dan semua juga tahu bahaya dan ancaman merokok, tapi tetap saja banyak yang mencoba-coba. Sebagai perempuan, dirinya hanya bisa menghindari asap rokok namun tidak bisa menegur perokok. “Merokok memang hak, tapi merugikan kita juga kalau dekat-dekat mah, gak tipe cowok perokok mah,” ungkapnya.
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Karawang Endang Sodikin mengatakan, dia satu diantara puluhan anggota dewan perokok aktif. “Ya sekitar 80 persen (anggota dewan) perokok,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, meski tahu bahaya rokok, menurutnya kebiasaan itu sulit untuk dihentikan. “Saya merokok, sulit berhenti,” ujarnya.
Menurutnya tidak semua anggota dewan laki-laki memiliki kebiasaan merokok. Masih ada yang sama sekali tidak merokok. “Ada beberapa laki-laki di DPRD yang tidak merokok,” tuturnya.
Praktisi kesehatan dr Endang Suryani mengatakan, berdasarkan data World Health Organization (WHO), setiap tahun angka kematian akibat rokok sebanyak 4,8 juta jiwa, dan WHO memprediksikan tahun 2020 mendatang jumlah tersebut akan terus bertambah menjadi 8,4 juta jiwa. Melihat itu, tidak banyak orang yang sadar bahaya merokok, terutama bagi mereka perokok pasif. Selain rawan terkena paru-paru basah, kebanyakan perokok beralasan tidak bisa menghentikan kebiasaan jeleknya itu. “Sebenarnya merokok itu bisa berhenti jika memang ada kemauan yang kuat, dan upaya secara medis untuk berhenti merokok. Hanya alasan klise jika perokok bilang, saya sudah berusaha tapi tidak bisa,” ungkapnya. (rud/apk)