
radarkarawang.id – Untuk mengembangkan wisata religi Syekh Quro, dosen Usika kembangkan aplikasi digital wisata religi Syekh Quro, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemabang.
Dosen Fisip Unsika Dr. Eka Yusup mengatakan, saat ini sudah memasuki era digital, pengembangan pariwisata pun mesti berbasis digital. Oleh karena itu, ia bersama dosen lainnya merintis transformasi digital di destinasi wisata religi Makam Syekh Quro Pulobata melalui penerapan aplikasi Android dan website resmi yang dirancang untuk meningkatkan pelayanan, promosi, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.
“Saya di sini tidak sendiri, tapi bersama pak Irfan Sophan Himawan dari Universitas Muhammadiyah Sukabumi dan Didi Juardi dari Unsika,” katanya, Senin (6/10).
Melalui aplikasi digital berbasis Android dan website resmi ini, lanjutnya, sebagai inovasi layanan bagi pengunjung dan peziarah Makam Syekh Quro. Aplikasi tersebut dilengkapi berbagai fitur, di antaranya informasi sejarah dan profil Syekh Quro, jadwal kegiatan dan peta lokasi, layanan donasi digital, direktori UMKM lokal (kuliner, souvenir, penginapan) dan kalender acara haul dan pengajian.
Sementara website resmi difungsikan sebagai pusat informasi berani dan portal promosi wisata, yang memungkinkan pengelola memperbarui data dan kegiatan secara mandiri.
“Kami ingin wisata religi Syekh Quro menjadi model wisata modern yang tetap dihapuskan pada nilai-nilai spiritual dan budaya lokal. Digitalisasi bukan sekadar teknologi, tapi sarana pemberdayaan masyarakat,” tambah Eka.
Hasil implementasi program, lanjutnya, menunjukkan peningkatan signifikan jumlah pengunjung. Sebelum digitalisasi, rata-rata kunjungan hanya sekitar 611 orang per bulan (7.300 per tahun). Setelah aplikasi dan situs web mulai digunakan, jumlah kunjungan meningkat menjadi 700–763 orang per bulan, atau naik sekitar 25–30%.
“Peningkatan ini tidak hanya menandakan keberhasilan promosi digital, tetapi juga berdampak langsung pada perputaran ekonomi lokal. UMKM di sekitar kawasan makam mengalami peningkatan penjualan antara 15–20% setelah diintegrasikan ke dalam sistem aplikasi dan marketplace digital,” paparnya.
Selain pengembangan teknologi, tambah Eka, kegiatan ini juga mencakup pelatihan literasi digital bagi pengelola makam, karang taruna, dan pelaku UMKM. Sebanyak 20 peserta dilatih untuk mengelola media sosial, membuat konten promosi, serta mengoperasikan aplikasi dan website secara mandiri.
“Tim juga menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan wisata religi , mencakup tata cara penyambutan pengunjung, pengelolaan donasi, kebersihan, keamanan, hingga integrasi UMKM. SOP ini menjadi pedoman baru bagi pengelola untuk memberikan layanan yang profesional dan transparan,” paparnya.
Eka melanjutkan, program ini tidak hanya memperkuat identitas budaya dan spiritual Syekh Quro, tetapi juga mendorong model kolaborasi efektif antara perguruan tinggi, masyarakat, dan pemerintah daerah.
Tim UNSIKA berharap programnya memuaskan melalui pendampingan integrasi UMKM ke pasar digital, pengembangan fitur e-ticketing dan audio guide. Pembentukan tim pengelola digital lokal dan publikasi ilmiah di jurnal pengabdian masyarakat.
“Wisata religi Syekh Quro bukan hanya tempat ziarah, tetapi ruang pemberdayaan digital masyarakat Karawang,” tambah Didi Juardi, anggota tim sekaligus pengembang aplikasi.
Didi menambahkan, beberapa luaran utama yang telah dicapai antara lain aplikasi Android Wisata Religi Syekh Quro (prototipe siap uji publik), website resmi pengelola wisata (go-live), pelatihan literasi digital dan SOP pelayanan wisata, publikasi artikel ilmiah dan video dokumentasi kegiatan. “Kegiatan ini menjadi bukti bahwa transformasi digital mampu memperkuat daya saing wisata lokal sekaligus membuka peluang ekonomi baru berbasis komunitas,” tutupnya. (asy)